Muhammad Yamin adalah sosok sastrawan dan penulis terkenal yang juga merupakan pahlawan nasional. Yamin berdedikasi besar dalam proses penyusunan dasar negara, yakni perannya dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia maupun panitia sembilan. Berikut merupakan rekam jejak dan nilai yang dapat diteladani dari Muhammad Yamin.
Latar Belakang Keluarga & Pendidikan Muhammad Yamin
Muhammad Yamin  lahir pada 24 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat. Yamin lahir dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan Padang Panjang. Yamin menuntaskan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Palembang pada tahun 1918, lalu ia menuntaskan jenjang pendidikan berikutnya di Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta atau saat ini setara dengan sekolah menengah atas (SMA) pada tahun 1927.
Di AMS Yogyakarta, ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti Yunani, Latin, dan Kaei. Setelah menuntaskan pendidikan di AMS Yogyakarta, Yamin berkuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kini menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia), dan berhasil memperoleh gelar Meester in de Rechten pada 1932. Di tahun 1937, Yamin menikah dengan Raden Ajeng Sundari Mertoatmodjo, putri seorang bangsawan dari Kadilangu Demak. Dari pernikahannya, Yamin dan Sundari dan dikaruniai 1 anak, yakni Dang Rahadian Sinayangsih Yamin.
Peranan Yamin dalam Perumusan Dasar Negara
Muhammad Yamin merupakan salah satu anggota dari badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada sidang pertama hari pertama BPUPKI, 29 Mei 1945, Yamin berpidato menyampaikan gagasan dasar negara, yakni Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan dan Kesejahteraan Rakyat. Yamin juga melampirkan usulan dasar negara yang ia kemukakan dalam bentuk tulisan meliputi Ketuhanan Yang Maha Esa, Kebangsaan persatuan Indonesia, Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Â
Pada sidang pertama BPUPKI terjadi perdebatan antara tokoh Islam dan nasionalis mengenai karakter negara yang akan dibentuk. Wakil-wakil umat Muslim mengusulkan agar Islam menjadi dasar filosofis negara. Sementara itu, pemimpin nasionalis yang cenderung menganut pandangan nasionalisme menolak membawa agama ke dalam masalah kenegaraan. Ketidaksepakatan dalam sidang pertama BPUPKI tersebutlah yang mendorong dibentuknya Panitia Kecil, yang menjadi perantara golongan nasionalis dan Islam, salah satu tokohnya yakni Muhammad Yamin.
Namun, di antara anggota Panitia Kecil juga masih sulit mencapai kesepakatan, karena anggota dari perwakilan golongan Islam dan golongan nasionalis tidak proporsional. Karena itu, Soekarno selaku Ketua Panitia Kecil mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI untuk menyepakati pembentukan panitia kecil yang lebih proporsional atau disebut Panitia Sembilan dan Muhammad Yamin juga merupakan salah satu anggota di dalamnya. Tugasnya adalah menampung masukan dalam perumusan dasar negara berdasarkan pandangan umum anggotanya. Panitia Sembilan menghasilkan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter yang berisi rumusan Mukadimah Undang-Undang Dasar atau preambule, pada hakikatnya adalah teks deklarasi kemerdekaan Indonesia yang di dalamnya berisi manifesto politik, alasan eksistensi Indonesia, sekaligus rumusan dasar negara Republik Indonesia yang kemudian dinamai Pancasila.
Keteladanan Karakter Pancasila dalam Muhammad Yamin
Beberapa nilai karakter Pancasila yang dapat diteladani dari sosok Yamin ialah :
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Yamin adalah salah satu pahlawan nasional yang menghayati nilai "Ketuhanan Yang Maha Esa" tidak sebatas memeluk agama namun sangat terbuka dengan pluralitas dan keberagaman agama yang ada di Indonesia.
2. Mandiri. Kemandirian Yamin terlihat melalui perjuangan menempuh pendidikannya yang tinggi hingga orisinalitas gagasan dasar negara yang disampaikannya pada sidang pertama BPUPKI.
3. Gotong Royong. Semangat Yamin dalam memperjuangkan kemerdekaan melalui kerja sama dan kolaborasi pemikiran dengan tokoh perumus dasar negara lainnya adalah perwujudan nilai gotong royong.
4. Berkebinekaan Global. Kemampuan Yamin dalam menghargai dan mengakomodir pendapat dari heterogenitas anggota di BPUPKI ialah bentuk pengamalan nilai kebinekaan global yang dimiliki oleh Yamin.
5. Bernalar Kritis. Gagasan dasar negara yang disampaikan oleh Yamin adalah salah satu bentuk dari hasil analisis dan berpikir secara kritis yang dilakukan oleh Yamin.
6. Kreatif. Yamin menggali kekayaan sejarah, budaya, dan tradisi bangsa Nusantara, termasuk mengusulkan penggunaan nama "Indonesia" sebagai simbol persatuan seluruh wilayah kepulauan.
Itulah 6 nilai profil pancasila yang dijiwai dan dihayati oleh Muhammad Yamin sebagai tokoh nasional perumus dasar negara. Oleh karena itu, tak heran apabila Yamin merupakan contoh nyata karakter manusia dan pahlawan nasional yang Pancasilais dan dapat diteladani dalam pengamalan Pancasila kehidupan sehari-hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI