Mohon tunggu...
Faqih Ashri
Faqih Ashri Mohon Tunggu... Teknisi - The Revolutionist

Bima City, 06-02-1990 Menulis untuk mengetahui rahasia tak tertulis, mendamba setiap pengalaman baru yang tak terlupakan.. City Planner, Content Writer, YouTuber. www.faqihashri.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Nenek dan Cookies Cokelat Mede, Ekspresi Cinta Lewat Kue Home Made

15 Mei 2020   23:41 Diperbarui: 16 Mei 2020   00:22 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran tanpa kue kering bagaikan soto tanpa kuah, serasa ada yang kurang. Kue kering sudah menjadi komoditas andalan para ibu-ibu dalam bersaing menghadirkan panganan yang sesuai dengan lidah para tamu yang hadir di rumah.

Tapi semakin kesini, kehadiran kue kering ini tidak selalu bisa dibuat sendiri oleh pemilik rumah, baik karena kesibukan dalam karir (pekerjaan) maupun belum memiliki wawasan yang cukup tentang resep-resep kue kering yang enak.

Alhasil, kini kehadiran para penjual kue kering online sangat menjamur. Mereka menawarkan berbagai varian jajanan yang secara tampilan sangat menggugah selera, walaupun soal rasa tidak semua bisa dikatakan enak atau sesuai dengan lidah kita.

Banyaknya kue kering yang dijajakan secara online namun tidak sesuai ekspektasi, membuat saya sangat merindukan suasana lebaran tempo dulu. Saat kami masih kecil, almarhumah nenek tidak pernah melewatkan satu lebaran pun tanpa membuat kue kering.

Kue yang dibuatnya pun sangat beragam, minimal 5 varian. Belum lagi ditambah dengan kue-kue basah yang dibuatnya dengan sangat terampil. Warga di kampung nenek sudah paham betul tentang keahlian nenek membuat kue.

Mereka akan menyempatkan diri menyambangi rumah nenek untuk "mencuri" resep nenek, atau hanya sekedar berkunjung untuk menyicipi kue yang nenek buat. Mulai dari nastar, kastengel, kacang telor, kue bawang, dan masih banyak kue lainnya.

Salah satu varian kue nenek yang sangat saya gandrungi adalah Kue Cokelat Mede. Tidak seperti nastar dan kastengel yang diproduksi dalam jumlah banyak, Kue Cokelat Mede paling banyak dibuat oleh nenek hanya 2 toples.

Mudah saja bagi saya untuk menganalisa sebagai anak kecil waktu itu, bahwa barang yang banyak biasanya akan murah, tapibarang yang langka dan sedikit itulah barang-barang pilihan dan sangat istimewa. Itulah yang saya rasakan untuk Kue Cokelat Mede. Nenek memproduksinya dalam jumlah terbatas, pasti karena rasanya yang istimewa.

Sumber Foto : bukalapak.com
Sumber Foto : bukalapak.com

Jumlahnya yang terbatas membuat saya cenderung agresif sesaat setelah shalat ied. Saya di kala itu akan berlari terlebih dahulu ke meja ruang tamu yang telah menyediakan beragam kue kering. Mata saya akan langsung terfokus pada Kue Cokelat Mede.

Biasanya kue cokelat mede dalam satu toples saya habiskan sendiri tanpa banyak bicara. Anggota keluarga yang lain akan berlomba "menyerang" kue nastar dan kastengel, sementara saya akan fokus untuk menyembunyikan toples kue cokelat mede agar tidak ada yang ikut mencicipi.

Saat kue dalam toples yang saya pegang telah habis, saya akan mulai merajuk pada almarhumah nenek agar dikeluarkan lagi satu toples Kue Cokelat Mede untuk ditaruh diatas meja tamu.

Nenek memang luar biasa. Beliau tidak pernah mengeluh capek dalam membuat kue. Kue yang dibuat tidak dijual, hanya untuk beliau kirimkan untuk anak-cucunya di daerah yang jauh. Anak-cucunya yang jauh jarang yang bisa pulang kampung untuk lebaran bersama secara rutin.

Anak beliau ada  enam orang, sudah berkeluarga semua. Bahkan anak tertua nenek malah sudah menimang cucu. Dari enam orang anaknya itu, hanya dua orang yang tinggal satu kota dengan nenek, termasuk orang tua saya. Nenek tahu jika rasa cokelat sangat digandrungi oleh anak-anak dan remaja.

Beliau selalu mengirimkan Kue Cokelat Mede untuk cucu-cucunya diluar kota. Beliau selalu bilang "biar kue-kue kering ini mengekspresikan rasa rinduku untuk anak-cucuku di seberang sana. Walaupun kalian sudah berkeluarga, aku tetap ingin membuatkan sesuatu yang bisa kalian nikmati"

Kini di penghujung Bulan Ramadhan yang sudah kesepuluh kali tanpa kehadiran nenek,doa paling tulus dari saya, semoga almarhumah nenek sudah ada di tempat terbaik di akhirat sana. Kue Cokelat Mede buatan nenek tetap tidak pernah ada duanya. Penjual kue online yang instan tidak akan mampu mengalahkan nikmatnya kue yang memang dibuat dengan pengalaman, dibuat dengan tulus untuk anak-cucumu berpuluh-puluh tahun lamanya secara rutin.

Doa selanjutnya, semoga kita mampu menyelesaikan kewajiban puasa kita di bulan ini dengan tetap sehat dan khusyuk. Sungguh, kue-kue lebaran menunggu kita dengan berbagai bentuk dan rasanya yang menawan. Tentu disertai dengan bingkisan lebarannya. Itu baru yang kita dapatkan di dunia. Belum lagi yang dijanjikan oleh Allah di akhirat nanti. Jadi, keep spirit guys!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun