Mohon tunggu...
Faqih Ashri
Faqih Ashri Mohon Tunggu... Teknisi - The Revolutionist

Bima City, 06-02-1990 Menulis untuk mengetahui rahasia tak tertulis, mendamba setiap pengalaman baru yang tak terlupakan.. City Planner, Content Writer, YouTuber. www.faqihashri.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

5 Tips untuk Membantu Melewati Depresi

13 Mei 2020   00:42 Diperbarui: 13 Mei 2020   03:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percaya atau tidak, Jumlah warga negara Indonesia yang terkena depresi yang berujung dengan bunuh diri yaitu sebanyak 6.1 persen atau setara dengan 11 juta orang. Angka itu untuk prevalensi warga negara berusia 15 tahun keatas. Setidaknya itu adalah hasil riset kesehatan dasar dari kemernterian kesehatan sejak 2018.

Depresi adalah perasaan seperti kita sedang menanggung semua beban dunia di pundak. Atau bahkan merasakan tekanan yang berlebih di bagian dada. Yang membuat mata dan pikiran bekerjasama untuk menerjemahkan betapa gelap dunia di depan kita.

Asosiasi Psikiatri Amerika menguraikan bahwa depresi menyebabkan perasaan sedih yang mendalam hingga kehilangan minat pada segala aktivitas yang pernah dinikmati.

Siapa pun dari kita tentu berpotensi mengalami hari-hari depresi, tidak peduli status sosial, gaya hidup, maupun usia. Kali ini saya akan membagikan tips dan strategi untuk berdamai dengan keadaan dan melewati masa depresi.

Walaupun secara praktek tidak selalu semudah yang dikatakan, namun yakinlah kita sendiri yang punya kendali atas aktivitas berikut. Apa saja aktivitas itu?

Mengutip dari Sarah Browne, beliau adalah aktivis kesehatan mental, menurut dia ada 5 cara untuk meringankan masa-masa sulit saat depresi:

1. Memahami dengan baik bahwa itu bukan kesalahan Anda

Mungkin dari kita pernah memperhatikan sesosok manusia yang kesehariannya begitu sempurna, aktivitasnya begitu menyenangkan nyaris tanpa cela. Sobat, menjadi sempurna hanyalah sebuah mitos. Kita semua pernah mengalami masa dimana emosi sangat sulit untuk diatur.

Kita pernah lelah namun badan tak boleh merebah, sedih mendalam namun hanya berada sendiri dalam kesunyian malam, marah namun tak bisa tertumpah, dendam terpendam setelah remuk redam, pernah merugi tapi tidak memperoleh ganti, dan masih banyak lagi.

Permasalahan akan semakin runyam jika semua perasaan itu melibatkan emosi yang bermuatan negatif. Kita semakin tenggelam dan muncullah depresi.

Penting untuk merasa bahwa hampir seluruh manusia di bumi pernah mengalami hal yang sama. Ini murni bukan kesalahan, namun seleksi dunia untuk kita agar tidak mati dengan cara yang salah.

2. Mencintai Diri Sendiri

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam hidup kita ingin sukses. Ide sukses antara lain muncul karena kita selalu melihat orang lain yang menurut kita lebih sukses. Sehingga kita menjadikan orang-orang tersebut sebagai ukuran kesuksesan kita juga. Akhirnya kita bekerja ektra keras untuk menuruti obsesi itu.

Kita mencurahkan semua tenaga, waktu, dan pikiran. Kita terus berjalan bahkan berlari untuk menggapainya, hingga tak sadar tentang batas kemampuan diri. Sobat, sudah saatnya untuk memberi lebih banyak waktu untuk lebih melihat ke dalam diri kita sendiri.

Dengan intensitas kegiatan tinggi dan fokus yang ekstra saat mengejar yang (konon) namanya kesuksesan, maka kita akan mudah dikalahkan jika tiba-tiba diserang depresi.

Mulai sekarang, ayok kita buat daftar kegiatan sederhana yang mampu membuat kita tetap terhubung dengan diri sendiri sehingga tidak lupa diri.

Kita bisa mulai dengan list hobby dan passion kita, seperti menulis kisah hidup (biografi), melakukan perawatan diri, acara komunitas, dan juga membantu orang yang sangat membutuhkan bantuan.

Beberapa kegiatan itu akan membawa pada kesimpulan bahwa diri kita amat penting dan berharga. Kita yang paling tahu dengan apa yang diri kita alami.

3. Tahu bahwa Anda Tidak Sendiri

Tidak semua orang terlatih untuk menerima curhat dan memberi masukan sesuai dengan yang kita butuhkan. Namun dalam keseharian, kita punya orang-orang terdekat yang selalu ada di saat situasi sulit.

Wajah mereka meneduhkan, bahkan hanya dengan menatap tanpa berharap, memeluk saat terpuruk, mengeluarkan suara yang kerap menjadi magis layaknya mantra. Kita butuh keluarga dan sahabat seperti itu.

Penting untuk tidak kehilangan kontak dan tidak membiarkan raga menyendiri. Saat kondisi kritis, saat sudah berpikir akan mengakhiri hidup, mereka dapat diandalkan untuk membawa kita pada dokter profesional yang menangani masalah psikologi.

Sebagai tindakan pencegahan, sebaiknya kita membuat rencana krisis dan kontak yang bisa dihubungi, serta list orang-orang yang kita percaya yang cepat tanggap saat dibutuhkan bantuannya.

4. Lebih Proaktif Ketimbang Reaktif

Menghadapi sesuatu kita bebas memilih, ingin menanggapi secara reaktif atau proaktif. Reaktivitas adalah ketika kita bertindak berdasarkan impuls dan terlalu mengidentifikasinya dengan keadaan emosi. Atau, Sobat mungkin bertindak produktif untuk menutupi emosi dan pikiran menyakitkan.

Sedangkan proaktif berarti Sobat memproses segala sesuatu dengan lebih baik dan memutuskan untuk menjadi positif terlepas dari pengalaman negatif. Sehingga berorientasi pada solusi dan menjadi fokus pada sesuatu yang baik.

Coba kita ciptakan sesuatu yang berbeda. Yang kita namakan sebagai sebuah lilin dalam gelap. Kita tidak lagi menanggapi berlebihan orang yang benci terhadap kita, kita tidak lagi sering memulai pertengkaran, kita lebih banyak memberi pada orang yang berpikiran buruk tentang kita, mendekap ayah-ibu yang bahkan sudah puluhan tahun tidak pernah kita cium tangannya.

Singkatnya, ubah pola pikir yang sering dianggap tabu untuk dilakukan menjadi suatu kebiasaan. Iringi dengan sering berdoa atau meditasi agar terbiasa tenang dalam setiap pengambilan keputusan.

5. Hormati Masa Lalu Sekelam Apa pun

Dari Milyaran umat manusia, tidak sedikit yang punya cerita masa kelamnya dahulu. Namun tidak sedikit pula yang kemudian terjebak oleh rasa malu dan rasa takut untuk mengakui dan akhirnya berujung depresi berat hingga hidupnya tidak bisa berkembang. Bertutur dengan jujur tentang masa lalu, tentang perjalanan menemukan kedamaian adalah sangat penting. Hingga kita dapat meraih sebuah titik yang bernama Penerimaan.

Salah satu contoh nyata, Kevin Hines seorang yang berjuang dengan gangguan bipolar, dan dia menemukan cara bagaimana agar tidak depresi.

Dia menggunakan ceritanya tentang upaya bunuh diri untuk menyebarkan kesadaran penyakit mental kepada orang lain. Ia juga mengadvokasi perubahan dalam sistem kesehatan mental dan strategi menghadapinya.

Begitu juga dengan Sobat sekalian. Kita juga bisa bangkit kembali. Hari ini bukan hari terakhir kita. Capai apa yang ingin kita capai. Minta bantuan saat kita tak mampu sendirian.

Berbuat baik sehingga kita bisa merasa baik. Depresi tidak harus mendikte kita. Tidak ada yang terjadi pada kita yang bisa menentukan kita. Yang menentukan kita adalah karakter kita, sikap kita, keinginan kita, cara kita memperlakukan orang lain. Ketika kita memahami itu, kita dapat bergerak maju. Langkah untuk tidak depresi membutuhkan keberanian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun