Terdengar suara bergeraknya jarum jam, aku membuka mataku, aku melihat ke arah jam dinding di kamarku, aku memejamkan mataku, terdengar suara aliran listrik? ntah aku tidak tau pasti suara apa itu, aku membuka mataku, aku melihat ke arah bohlam lampu yang sudah kumatikan, aku kembali memejamkan mataku.
Saat aku memejamkan mataku rasanya aku bisa melihat lebih banyak hal jika dibandingkan saat aku membuka mataku, lalu aku kembali terlarut dalam pikiranku. Apa kalian sadar saat ini aku sedang terbaring di atas kasurku, didampingi orang yang mencintaiku, orang yang mencintaiku ini setiap kali aku melihat matanya dia berkata bahwa dia telah bekerja keras untukku, setiap kali aku berbicara padanya dia terlihat kelelahan.
Sekarang dia sedang beristirahat, aku tidak bisa mengganggunya juga tidak mau, aku harap dia akan selalu damai seperti sekarang.. Karena dia adalah hal yang membuatku hidup, meskipun aku hidup terjebak dengan segala pikiran gila, apakah dia tau isi pikiranku selama ini? Bagaimana jika dia tau? Bagaimana reaksinya jika dia tau yang kupikirkan selama ini hanyalah kedamaianku semata.
Aku menyanginya layaknya dia menyayangiku, oleh karena itu aku menginginkan kedamaian untuknya.. Layaknya dia memberikanku kedamaian. Apa kedamaianku? Saat melihat pantulan cahaya melewati matanya, saat merasakan aroma yang hanya dia miliki, saat merasakan tubuhnya yang hangat.. Namun sekarang dingin.
Terdengar seperti hidupku berputar disekitarnya bukan? Itulah kenyataannya, kalau bukan karenanya sekarang aku sudah mencoba mendapatkan semua itu dari orang lain karena meskipun semua itu ada pada diriku juga aku tetap tidak puas, tapi setelah mengenalnya sekarang sembarang orang pun tidak bisa membuatku puas hahaha.. sungguh luar biasa orang yang kusayangi.
Aku membuka mataku, melihatnya terbaring di sebelahku, aroma khas nya sudah tidak ada sekarang aku hanya bisa merasakan aroma baru yang keluar dari tubuhnya yang sudah bersimbah darah, wajahnya melihatku tapi sudah tidak ada pantulan cahaya yang memantul dari matanya karena aku sudah menarik keluar bola matanya, sangat disayangkan.
Sekarang semua sudah tidak berarti, tujuan terakhirku hanya terbaring disini bersamanya sampai api yang kusiapkan menyatukan daging demi daging, darah demi darah, abu demi abu kami.
Ini adalah persembahan terakhir yang bisa kusiapkan untuk orang yang kusayangi, sekarang dia pun bisa merasakan kedamaianku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H