Filsafat Socrates dapat dilihat sebagai pembelaan atas demokrasi terhadap ancaman oligarki. Meskipun ia hidup dalam negara demokrasi (Athena), ia selalu kritis terhadap proses berjalannya demokrasi dan potensinya untuk berubah menjadi oligarki, di mana kekuasaan terkonsentrasi di tangan segelintir orang.
Socrates (469-399 SM) adalah seorang filsuf Yunani klasik yang dikenal karena pendekatan perintisnya dalam mengajarkan pemikiran rasional dan mempertanyakan otoritas. Dia tidak meninggalkan karya tertulis apa pun, jadi pengetahuan kita tentang gagasannya terutama berasal dari tulisan murid-muridnya, terutama Plato dan Xenophon.
Berikut ini coba dijabarkan bagaimana pemikiran Socrates dapat selalu diterapkan dalam menjaga demokrasi dari kecenderungannya untuk berbelok ke oligarki.
Pertama, dengan cara mengajukan pertanyaan yang tajam dan merangsang pemikiran kritis, ia menantang elit dan kelompok berkuasa, membuka pintu untuk pengawasan yang sehat. Kedua, Socrates mendorong setiap warga negara untuk berperan aktif dalam politik, menghindari potensi oligarki dengan mendistribusikan kekuasaan lebih merata. Ketiga, ia menekankan pembentukan karakter moral untuk memastikan pemimpin yang bertanggung jawab. Keempat, waspada terhadap demagog yang dapat mengancam demokrasi, menyoroti pentingnya masyarakat yang cerdas dan berpikir kritis. Kelima, menghargai kebijaksanaan kolektif dan penilaian mayoritas. Terakhir, ia mendorong individu untuk selalu meragukan informasi yang mereka terima, menjadikannya sebagai alat pertahanan terhadap manipulasi oleh kelompok berkuasa.
Dengan prinsip-prinsip ini, pemikiran Sokrates menjadi tonggak penting dalam melindungi dan memperkuat prinsip-prinsip demokrasi.
1. Mempertanyakan Elit Oligarki
Metode bertanya dan berpikir kritis Socrates tidak terbatas hanya dipakai untuk menantang masyarakat awam. Ia juga menggunakannya untuk mempertanyakan dan menantang kaum elit, termasuk kaum oligarki. Dengan mendorong dialog yang terbuka dan kritis, Socrates mendorong pengawasan terhadap tindakan dan motivasi mereka yang berkuasa, hal yang sangat penting dan mendasar untuk menjaga demokrasi yang sehat.
2. Mendorong Keterlibatan Masyarakat
Socrates percaya bahwa setiap warga negara harus berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik kota (saat itu dia hidup dan berkontribusi di kota Athena). Dalam negara demokrasi, mobilisasi keterlibatan warga negara dapat membantu melawan kecenderungan oligarki, dimana kekuasaan cenderung terkonsentrasi di tangan segelintir orang. Dengan mendorong warga negara untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi, filosofi Socrates mendorong terciptanya distribusi kekuasaan yang lebih inklusif dan adil.
3. Mempromosikan Kepemimpinan Etis