Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Freelancer - Easy reading is damn hard writing!

Write as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. - medium.com/@adriyanto

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beras: Memahami Rentannya Produksi dan Pasokan Dunia

1 Agustus 2023   05:49 Diperbarui: 1 Agustus 2023   10:36 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Pexels

Beras merupakan salah satu tanaman pangan paling penting di dunia yang memberi makan lebih dari setengah populasi global. Namun, produksi dan konsumsi beras menghadapi berbagai tantangan, seperti perubahan iklim, pertumbuhan populasi, hambatan perdagangan, dan kekurangan zat gizi mikro. Dalam artikel ini, kami akan memberikan gambaran tentang situasi saat ini dan prospek masa depan pasar beras global.

Produksi Beras

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), produksi beras global mencapai 769 juta ton beras basah pada tahun 2020, meningkat 1.3% dari tahun 2019. Asia menyumbang 90% dari total produksi, dengan China dan India sebagai produsen terbesar, diikuti oleh Indonesia, Bangladesh, dan Vietnam. Beras ditanam di berbagai zona agro-ekologi, mulai dari dataran rendah beririgasi hingga lahan kering beririgasi dan daerah perairan dalam. Sekitar 84% pertumbuhan produksi beras sejak tahun 1960 telah dikaitkan dengan teknologi pertanian modern yang menghasilkan varietas unggul yang tinggi hasilnya, peningkatan irigasi, dan penggunaan pupuk yang lebih baik.

Pasokan dan Perdagangan Beras

Pasokan beras global pada tahun 2020/21 diperkirakan mencapai 811 juta ton beras kering, sedikit lebih tinggi dari musim pertanian sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh stok yang lebih tinggi dari negara-negara eksportir utama, seperti India, Thailand, dan Vietnam. Perdagangan beras global pada tahun 2020 sebesar 44 juta ton, mengalami penurunan 7% dari tahun 2019, terutama karena permintaan yang lebih rendah dari China, Nigeria, dan Filipina, serta pembatasan ekspor yang diberlakukan oleh beberapa negara sebagai tanggapan terhadap pandemi COVID-19. India tetap menjadi eksportir terbesar, dengan volume ekspor mencapai rekor sebanyak 16 juta ton, diikuti oleh Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Amerika Serikat. Negara-negara yang menjadi importir utama adalah China, Nigeria, Iran, Filipina, dan Indonesia.

Peta pasokan ekspor ini menjadi problematik ketika eksportir terbesar dunia seperti India memutuskan untuk menghentikan suplai ke belahan dunia lain. Ini juga akan menjadi masalah besar bagi importir besar dunia seperti Indonesia, yang tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan produksi sendiri.

Konsumsi Beras dan Kebutuhan Masa Depan

Konsumsi beras global pada tahun 2020/21 diperkirakan mencapai 504 juta ton beras kering, meningkat 1.6% dari musim sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi dan pendapatan yang meningkat di negara-negara berkembang, terutama di Afrika dan Amerika Latin, di mana beras menjadi makanan pokok penting. Namun, konsumsi per kapita mengalami penurunan di beberapa negara Asia, seperti China, India, dan Thailand, akibat diversifikasi makanan dan urbanisasi. Beras juga merupakan sumber nutrisi yang kurang lengkap, sehingga banyak populasi yang mengandalkan beras berisiko tinggi mengalami kekurangan zat gizi mikro. Upaya fortifikasi beras merupakan strategi potensial untuk mengatasi masalah ini dengan menambahkan nutrisi penting ke dalam butir beras saat proses pengolahan.

Menurut proyeksi FAO, permintaan beras global akan tumbuh sebesar 1.1% per tahun hingga tahun 2031, mencapai 569 juta ton beras kering. Untuk memenuhi permintaan ini, produksi beras global harus meningkat sebesar 1.2% per tahun, mencapai 880 juta ton beras basah pada tahun 2031. Namun, hal ini akan memerlukan penanggulangan banyak tantangan, seperti dampak perubahan iklim, kelangkaan air, degradasi lahan, wabah hama dan penyakit, kurangnya tenaga kerja, dan volatilitas pasar. Sistem beras yang lebih berkelanjutan dan tangguh diperlukan untuk memastikan ketahanan pangan dan penghidupan bagi jutaan petani dan konsumen di seluruh dunia.

Prediksi untuk Masa Depan

Masalah rentannya siklus produksi dan pasokan beras dunia merupakan isu serius yang dapat mengancam keamanan pangan dan kesejahteraan jutaan manusia. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kerjasama lintas sektor dan internasional, serta inovasi teknologi dan kebijakan yang bijaksana untuk mencapai ketahanan pangan global yang berkelanjutan.

Untuk masa depan, perlu adanya upaya bersama dari berbagai pihak untuk meningkatkan produksi dan pasokan beras secara berkelanjutan. Teknologi pertanian yang inovatif dan ramah lingkungan harus didukung untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Di samping itu, penguatan infrastruktur irigasi dan pengelolaan air akan membantu mengatasi masalah kelangkaan air yang semakin sering terjadi. Penerapan praktik pertanian yang berkelanjutan juga akan membantu mengurangi degradasi lahan dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

Selain itu, upaya untuk mengatasi masalah kekurangan gizi mikro harus ditingkatkan melalui pendekatan fortifikasi dan diversifikasi pangan. Beras yang diperkaya dengan nutrisi penting dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah defisiensi gizi pada populasi yang mengandalkan beras sebagai makanan utama.

Para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta, perlu bekerja sama dalam menghadapi tantangan perdagangan dan ketidakstabilan pasar. Kebijakan perdagangan yang bijaksana dan kerjasama internasional akan membantu menjaga pasokan beras yang stabil di seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun