Rebranding dari Twitter menjadi X merupakan langkah bisnis brilian yang diambil oleh Elon Musk. Banyak orang menganggap ini sebagai kesalahan, tetapi mereka akan sadar bahwa mereka keliru. Pada akhir penjelasan ini, Anda akan mengerti mengapa.
--- Elon Musk (@elonmusk) July 25, 2023
Penjelasan ini dikembangkan dari twit Alex Valaitis, analis AI, kripto dan teknologi baru, sebelumnya bekerja di LinkedIn dan Intuit.
Bisnis Media Sosial
Mari kita mulai dengan memahami model bisnis Twitter sebagai platform media sosial.
Twitter, sebagai platform media sosial harus mampu menarik pengguna baru ke situsnya. Twitter kemudian harus meyakinkan pengguna ini untuk berinteraksi sebanyak-banyaknya, mendorong lebih banyak sesi engagement dengan menyajikan konten menarik.Â
Dari situlah Twitter menghasilkan pendapatan, yaitu dengan menjual perhatian dari pengguna kepada para pengiklan.
Perusahaan media sosial seperti Meta yang mengoperasikan Facebook dan Instagram tumbuh hingga hampir mencapai valuasi $1 triliun dengan model yang sama.Â
Elon Musk mengakuisisi Twitter dengan harga hanya $44 miliar. Mengapa Twitter tidak dapat menghasilkan pendapatan sebanyak Meta?
Ada dua alasan utama yang kemungkinan besar menjadi penyebabnya.
Pertama, Twitter memiliki keterbatasan mendasar pada jumlah orang yang bisa ditarik untuk aktif ke dalam platform, terutama karena banyaknya aktivitas negatif di situs ini.Â
Pertumbuhan penggunanya stabil di angka 300an juta, sementara platform lain tumbuh jauh lebih cepat. Walaupun pada kenyataannya Twitter adalah platform sosial paling penting di dunia. Ini adalah tempat para elit dunia berdiskusi secara tertulis dan lisan.
Alasan kedua, Twitter tidak pernah benar-benar sukses memonetisasi 300an juta pengguna yang dimilikinya.Â
Hal ini disebabkan karena mereka tidak pernah berhasil membangun platform iklan yang tepat. Ini menjadi masalah ketika iklan merupakan 90% dari pendapatan Twitter.
Akibatnya, selama satu dekade, pertumbuhan pengguna dan pendapatan iklan Twitter mengalami stagnasi.Â
Hal ini tercermin pada harga saham mereka, yang lebih tinggi pada tahun 2013 daripada tahun 2023. Selama periode waktu yang sama, harga saham perusahaan lain seperti Meta meningkat 10 kali lipat.
Pilihan Pengembangan Twitter
Setelah Elon Musk membeli Twitter, dia memiliki dua pilihan untuk mengembalikan investasinya.
Pertama, tetap menjadi perusahaan media sosial dan terus berusaha mengatasi masalah pertumbuhan pengguna serta platform iklan, atau menggunakan data Twitter dan jaringan sosial yang dimilikinya untuk membangun perusahaan baru yang bisa jauh lebih berharga.
Inilah "moment of truth" bagi seorang visioner dan pebisnis tangguh seperti Elon Musk.
Dia tahu, memilih jalur pertama selalu akan menjadi pertempuran yang sulit dimenangkan. Para talenta terbaik di Silicon Valley yang direkrut Twitter telah terbukti gagal mengatasi masalah-masalah ini selama satu dekade terakhir.Â
Kenyataannya, tidak ada yang berhasil mengangkat valuasi Twitter. Elon Musk menyadari hal ini dan mengampil pilihan kedua.
Mari kita bayangkan diri kita berada di posisi Elon. Jika Anda harus mengubah Twitter menjadi perusahaan baru, suatu perusahaan apa yang suatu hari bisa memiliki valuasi $50 miliar, apa yang akan Anda lakukan?
Trend saat ini adalah perusahaan AI. Contohnya, OpenAI melonjak valuasinya dalam waktu singkat. Ini karena potensi luar biasa yang dimiliki AI untuk masa depan.Â
Dan Elon Musk telah terjun ke AI jauh sebelum maraknya AI di awal 2023. Tesla telah sangat dalam terjun di pengembangan teknologi AI melalui FSD (Full Seld Driving).
Masuk Bisnis AI
Lalu, bagaimana cara Twitter menjadi perusahaan AI?
Pertama, membuat perusahaan AI baru dengan merekrut peneliti AI/Machine Learning terbaik di dunia.Â
Ternyata, Elon Musk telah mendirikan perusahaan AI bernama xAI, hanya beberapa hari sebelum rebranding Twitter terjadi. Artinya, pemikiran ini sudah ada di benaknya jauh hari.
Kedua, melatih model AI baru dengan data teks selama 17 tahun berupa twit yang tersimpan di database Twitter yang luar biasa besar.Â
Data twit di Twitter dianggap sebagai salah satu aset paling berharga dalam membangun suatu model AI seperti ChatGPT. Terutama karena sifatnya yang berupa percakapan asli antar manusia.
Ketiga, memutus akses data tersebut dari pihak ketiga yang selama ini berusaha menggunakan data Twitter untuk melatih model AI mereka. Dan terakhir, meluncurkan pesaing ChatGPT untuk 300 juta pengguna Twitter.
Namun, sebuah perusahaan AI generatif masih terlalu kecil untuk menjadi perusahaan raksasa di Silicon Valley.
Masuk Bisnis Finansial
Lalu, apa lagi yang dapat menjadi sumber perusahaan tersebut untuk dapat memiliki valuasi Decacorn $100 miliar atau lebih?
Opsinya adalah membuat perusahaan pembayaran. Ingat, Elon Musk telah memiliki pengalaman membangun salah satu perusahaan payment terbesar sepanjang masa: Paypal.Â
Dia adalah salah satu pendirinya. Sejak lama dia masih menyimpan ambisi untuk menjadi pemimpin di sektor ini, bahkan setelah dia menjual kepemilikannya di PayPal.
Tapi, bagaimana cara melakukannya dengan Twitter?
Mula-mula, mengajak pengguna untuk menyimpan kartu kredit dengan mendorong layanan langganan berbayar secara agresif berupa Twitter Blue. Kemudian, memanfaatkan jaringan sosial yang ada untuk menghubungkan para pengguna secara otomatis.
Itulah penjelasan mengapa tiba-tiba dia membuat layanan Twitter berbayar $8 per bulan untuk pengguna premium. Begitu banyak orang marah dan mengancam meninggalkan Twitter karena harus membayar. Tetapi Elon tidak tergerak dan jalan terus dengan rencananya.
Tantangan Pendanaan
Namun tentu saja, untuk mewujudkan semua ini, Elon Musk memerlukan modal raksasa. Sebagai orang terkaya di dunia, harusnya itu akan jadi sesuatu yang mudah.Â
Tapi kekayaannya belum cukup, dan dia masih memiliki banyak proyek besar lain yang harus didanai seperti SpaceX dan Neuralink.
Elon Musk harus mengumpulkan dana dari pasar publik melalui IPO. Tapi bagaimana mungkin melakukannya dengan aplikasi media sosial yang sahamnya stagnan selama bertahun-tahun?
Jawabannya sederhana: Dia harus membuat orang melupakan bahwa perusahaan itu pernah menjadi aplikasi media sosial bernama Twitter. Dia harus menghilangkan nama/merek/warna tentang Twitter dari semua tempat sesegera mungkin. Dia perlu menghapus ingatan publik tentang merek sebelumnya.
Sebagai gantinya, Elon Musk harus mulai menyampaikan visi barunya: Everything App, aplikasi untuk segala hal.
Inilah narasi yang bisa dijual oleh Elon Musk kepada pasar saham publik.
Dia memiliki keuntungan tersendiri karena telah dikenal sebagai salah satu pengusaha yang paling visioiner sepanjang masa.Â
Sebagai informasi, Elon Musk memiliki CV meyakinkan karena berhasil membangun perusahaan mobil listrik Tesla yang sekarang bernilai $1 triliun.
Inilah yang menarik, berkat rekam jejak seorang Elon Musk, dia bahkan tidak perlu menghasilkan puluhan miliar dolar untuk meyakinkan investor.Â
Dia hanya perlu menunjukkan bahwa ada perkembangan dalam bisnis AI, payment, media sosial. Suatu hal yang akan sulit dilakukan oleh pebisnis lain.
Dan itulah alasan mengapa Elon Musk tampak begitu tergesa-gesa melakukan rebranding dari Twitter menjadi X.Â
Tentu saja, para haters & media konservatif akan tidak sependapat dengan pemikiran ini (seperti yang telah mereka lakukan terhadap semua perusahaan Elon Musk lainnya). Mereka akan mencoba meyakinkan kita bahwa dia begitu bodoh dan sedang melakukan kesalahan besar.
Tetapi, bisa jadi kali ini mereka akhirnya benar. Namun, perlu kita ketahui, Elon Musk telah membuktikan bahwa keputusan-keputusan bisnis yang dia buat sebagian besar menuai sukses.
Tolong simpan catatan ini, nanti kita buka sama-sama ketika X Corp melantai di pasar bursa dalam beberapa tahun ke depan. Pada saat itu, kita akan tahu dengan pasti apakah strategi ini tergolong brilian, atau hanya gambling bodoh yang gagal total.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H