Pertama, Twitter memiliki keterbatasan mendasar pada jumlah orang yang bisa ditarik untuk aktif ke dalam platform, terutama karena banyaknya aktivitas negatif di situs ini.Â
Pertumbuhan penggunanya stabil di angka 300an juta, sementara platform lain tumbuh jauh lebih cepat. Walaupun pada kenyataannya Twitter adalah platform sosial paling penting di dunia. Ini adalah tempat para elit dunia berdiskusi secara tertulis dan lisan.
Alasan kedua, Twitter tidak pernah benar-benar sukses memonetisasi 300an juta pengguna yang dimilikinya.Â
Hal ini disebabkan karena mereka tidak pernah berhasil membangun platform iklan yang tepat. Ini menjadi masalah ketika iklan merupakan 90% dari pendapatan Twitter.
Akibatnya, selama satu dekade, pertumbuhan pengguna dan pendapatan iklan Twitter mengalami stagnasi.Â
Hal ini tercermin pada harga saham mereka, yang lebih tinggi pada tahun 2013 daripada tahun 2023. Selama periode waktu yang sama, harga saham perusahaan lain seperti Meta meningkat 10 kali lipat.
Pilihan Pengembangan Twitter
Setelah Elon Musk membeli Twitter, dia memiliki dua pilihan untuk mengembalikan investasinya.
Pertama, tetap menjadi perusahaan media sosial dan terus berusaha mengatasi masalah pertumbuhan pengguna serta platform iklan, atau menggunakan data Twitter dan jaringan sosial yang dimilikinya untuk membangun perusahaan baru yang bisa jauh lebih berharga.
Inilah "moment of truth" bagi seorang visioner dan pebisnis tangguh seperti Elon Musk.