Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Freelancer - Easy reading is damn hard writing!

Write as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. - medium.com/@adriyanto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Menuju Surga

9 Juli 2023   07:47 Diperbarui: 9 Juli 2023   07:53 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahmed menyadari bahwa dia harus pergi. Perang tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir, dan dia tidak tahan tinggal di tempat di mana kematian menjadi kejadian sehari-hari. Dia telah mendengar cerita tentang orang-orang yang melarikan diri ke Eropa, di sana mereka bisa memulai hidup baru tanpa ancaman kekerasan yang terus menerus. Itu adalah impian yang telah dia simpan dalam hati selama ini, dan sekarang dia bertekad untuk menjadikannya kenyataan.

"Hai Ahmed, tahukah kau sekarang Musa sudah dapat pekerjaan jadi pencuci piring di Eropa? Enaknya...", ujar temannya Husin kemarin. Cerita burung tentang bahagianya teman dan saudara mereka yang berhasil lolos ke Eropa selalu menjadi cerita hangat dan penyemangat utama mereka.

Di kawasan Afrika Utara, banyak terjadi konflik dan ketidakstabilan politik yang mengakibatkan banyak pengungsi. Orang-orang di wilayah ini terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari keamanan dan kehidupan yang lebih baik. Wilayah ini hanya dibatasi laut dan selat dengan benua Eropa. Bahkan di jalur terpendek melalui Selat Gibraltar, kedua benua ini hanya terpisah 13 km. Namun, dari sisi kesejahteraaan dan keamanan, dua benua ini berbeda bak bumi dan langit.

Eropa jadi seperti madu yang mengundang lebah dan semut dari wilayah miskin yang terkoyak perang di Afrika. Orangt-orang seperti Ahmed bermimpi bisa pergi ke Eropa, di mana mereka berharap bisa mendapatkan perlindungan dan kesempatan untuk memulai hidup baru.

Perjalanan ke Eropa penuh dengan bahaya. Para pengungsi harus menyeberangi laut yang penuh risiko dengan kapal overload dan melewati banyak cek poin perbatasan yang berbahaya untuk mencapai tempat yang aman. Banyak orang yang tidak selamat dalam perjalanan itu, mimpi mereka tentang kehidupan yang lebih baik hancur ditelan dan penganiayaan yang kejam para tentara atau pelaut.

Bagi mereka yang berhasil sampai ke Eropa, tantangan belum berakhir. Mereka menghadapi diskriminasi dan ketakutan terhadap orang asing di negara baru mereka. Mereka harus berjuang untuk beradaptasi dengan budaya dan cara hidup yang baru. Namun, seberapa besarpun tantangan itu, mereka tetap berharap bisa menciptakan kehidupan baru untuk diri mereka dan keluarga mereka.

Tanpa keluarga yang tersisa, Ahmed tahu bahwa satu-satunya cara untuk hidup lebih baik adalah dengan meninggalkan negaranya yang terkena perang. Dia siap menghadapi bahaya dan mengatasi rintangan apa pun untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi dirinya sendiri.

Saat Ahmed merencanakan perjalanannya, dia tahu bahwa akan ada banyak tantangan dan risiko di depannya. Dia harus bisa lolos mencapai Eropa. Tidak ada jaminan bahwa dia akan selamat tanpa cedera dari perjalanan itu, bahkan nyawapun akan dengan mudah melayang.

"Bismillaah", gumamnya pelan. Pikirannya melayang ke ayah, ibu dan dua adiknya yang sudah tiada. Air matanya mulai menetes. "Aku tinggalkan tanah air kita, Abi. Aku tinggalkan rumah kita, Ummi. Aku tinggal kalian semua di sini. Aku akan datang lagi kelak jika perang sudah berlalu. Insya Allah..."

Dengan tekad yang bulat, Ahmed mengemas beberapa barang ke dalam tas kecil untuk memulai perjalanannya pada malam hari. Dia harus mencari kendaraan untuk menumpang, jadi dia menunggu di pinggir jalan sampai ada truk militer yang lewat. Ketika truk itu akhirnya datang, dia melompat ke belakang dan berpegangan erat saat truk melaju di jalan raya penuh debu itu.

Bersambung...
____________
Cerita lengkap asli bisa dibaca di Gumroad

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun