Mohon tunggu...
Adriyan Sayed
Adriyan Sayed Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Praktisi Pasar Modal & Keuangan

"Sharing Investasi, Bisnis dan Keuangan, berbagi Ilmu mengharap Ridha Allah Swt..."

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saham Sarana Investasi, Bukan Sarana Berjudi

11 Januari 2020   20:31 Diperbarui: 13 Januari 2020   18:41 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan pasar modal di Indonesia yang begitu masif ditandai dengan peningkatan jumlah investor dari tahun ke tahun. Berdasarkan data KSEI per Oktober 2019 jumlah SID sebanyak 2.28 Juta orang dan diperkirakan akan terus bertumbuh seiring makin meleknya masyarakat akan pentingnya investasi, khususnya kaum Milineal yang kini berada dalam peradaban digital, atau lebih dikenal dengan Era 4.0.

Pemanfaatan TI yang canggih saat ini memunggkinkan dan memudahkan seseorang untuk melakukan transaksi pembelian atau penjualan saham dengan cepat, aktivitas semacam ini lebih dikenal dengan istilah Trading, pelakunya disebut Trader.

Berbeda dengan trader, seseorang yang berniat berinvestasi saham dengan time frame yang lebih panjang, katakanlah dengan jangka waktu 6 bulan,1-3 tahun atau lebih pelakunya disebut investor.

Yang membedakan dari kedua tipe pelaku pasar yg disebutkan di atas adalah terletak pada periode waktunya, tools yang digunakan dan analisa yang mereka gunakan. Biasanya seorang Trader lebih condong menggunakan analisis teknikal (TA), sedangkan seorang investor lebih mengedepankan analisis fundamental (FA).

Kecanggihan fitur-fitur transaksi yang ditawarkan oleh masing-masing Sekuritas juga sangat berkontribusi kepada pelaku pasar untuk semakin giat bertransaksi di Bursa saham.

Namun yg menjadi PR bersama saat ini ialah bagaimana mengubah atau mengarahkan Mindset pelaku pasar untuk menyikapi sekaligus memperlakukan produk saham ini sebagai instrumen investasi dan bukan menjadi sarana untung-untungan (Judi).

Hal itu hanya bisa diwujudkan jika pelaku pasar dapat memahami dan mengerti Profile perusahaan yang akan dibeli sahamnya, dalam hal ini adalah fundamental emiten itu sendiri, diantaranya ialah Laba yang dihasilkan, rasio utang, corporate action dsb.

Pemahaman seperti itu sebenarnya tidak lagi menjadi hambatan bagi seorang trader atau investor, karena dengan kemajuan teknologi yang dimiliki oleh sekuritas, informasi semacam itu sudah tersedia dan sangat mudah diakses oleh nasabah di platform trading mereka.

Selain itu, Bursa Efek Indonesia melalui kantor perwakilannya di setiap daerah saat ini bahkan beberapa tahun yang lalu telah melaksanakan program Sekolah Pasar Modal atau lebih dikenal dengan istilah SPM, yaitu suatu program literasi iklusi pasar modal kepada masyarakat dan mahasiswa untuk lebih memperkenalkan lagi produk-produk investasi di Bursa Efek Indonesia,khususnya saham, agar masyarakat tidak tertipu dengan berbagai tawaran investasi bodong yang marak saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun