Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebanggaan Generasi Tua pada Masa Mudanya

20 Februari 2023   10:11 Diperbarui: 20 Februari 2023   10:24 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mulai bisa memahami mengapa orang-orang dewasa, di masa ketika saya remaja, hampir selalu mencela selera musik anak muda. Kata sebagian dari mereka adalah, selera anak muda sungguh sulit dimengerti, musik begitu kok disukai. Kata mereka lagi, musik yang bagus adalah musik tahun 70 dan 80an. Segala puja dan puji mereka sematkan pada karya-karya musik yang lahir di masa itu, masa di mana mereka masih remaja. 

Tentu saja saat itu saya berpendapat yang sebaliknya dan menganggap selera mereka yang kuno. Tak ada yang lebih keren kecuali musik yang terkini, kata saya ketika itu. 

Sekarang saya merasakan hal yang sama. Saya merasa tak bisa mengerti dengan selera musik anak muda era milenial. Kata saya, sama persis dengan kata orang-orang dewasa di masa saya remaja, musik terbaik adalah musik tahun 90 dan 2000an awal. Pendapat anak muda sekarang tentu saja sebaliknya, tapi selera saya memang mentok di era itu, dan saya pun memiliki semua puja dan puji untuk musik era saya remaja itu. 

Tapi saya tak akan mengumbarnya di sini karena tema tulisan saya bukan membandingkan karya musik era ini dengan era itu. Ini tentang kenyataan bahwa setiap generasi sangat membanggakan hal-hal yang ada di masa mereka menginjak usia remaja hingga menjelang dewasa, masa di mana saya menyebutnya, seseorang berada di puncak kebebasan dan kegembiraan sebelum memulai masa kedewasaan. Saya tak memungkiri bahwa karena kebanggaan dan begitu kliknya saya pada karya musik era awal 90 dan 2000an awal, saya masih terus mendengarkannya dan tak tahu apakah akan tetap menyukainya atau suatu hari mengalami kebosanan.

Selera Bergerak Mundur

Satu hal yang pelan tapi pasti dan sangat saya rasakan adalah bahwa selera saya justru bergerak mundur. Saya malah mulai mendengarkan musik era yang dulu saya anggap kuno di masa muda saya. Saya menemukan kenyataan bahwa saya nge-klik dengan musik lawas dan yang lebih lawas. 

Saya tidak tahu apakah kecenderungan saya ini dialami juga oleh orang lain termasuk anda. Saya merasa terlalu tua untuk menyediakan tempat bagi karya musik era terkini meskipun bukan berarti anti dengan musik terkini. Ini kurang lebih sama dengan orang tua yang senang membicarakan masa lalu sementara anak muda bertanya-tanya apa menariknya masa lalu. 

Membicarakannya di Masa Depan

Sebagaimana saya yang merasakannya sendiri, anak muda era ini akan membanggakannya di masa depan ketika mereka mulai menapaki masa-masa lingsir kehidupannya. Apa yang sekarang dikatakan sebagai yang terkini dan termodern akan disebut kuno oleh generasi mendatang, sementara generasi sekarang akan bersikukuh bahwa era ini yang terbaik dari semua era, di masa depan. 

Saya tak menampik bahwa tidak semua orang memiliki kecenderungan seperti saya dalam hal selera musik, tapi saya percaya jika saya bukan satu-satunya yang merasakan kecenderungan seperti ini. Ada banyak orang seusia saya yang nge-klik saja dengan selera musik era milenial tanpa 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun