Tak ada apa-apa di halamankuÂ
Selain rumput kering dan hamburan debu
Tapi sepasang perkutut selalu datang malu-malu
Saban melangkah mesti mematuk sesuatu
Terkadang berbalik seperti ada yang terlewatkan
Seperti ada banyak tersedia untuk mereka di halaman
Mataku mencoba untuk tak melewatkan
Pada segala yang sepasang perkutut kerjakan
Ah, mereka berpesta makanan rupanya
Di halamanku yang suram dan merana
Tempat yang kupikir tak ada apa-apa
Tapi sepasang perkutut berpesta pora
Aku mulai iri dengan sepasang perkutut
Ada makanan untuk mereka di sela keringnya rumput
Sedang aku sang pewaris halaman tak bisa turut
Hanya bisa diam menekan janggut
Maka mulai kukhayalkan untuk memiliki sayap
Untuk bisa bebas terbang dan hinggap
Ada banyak makanan yang bisa kukudap
Lalu pergi kemana suka dalam sekejap
Perkutut, oh perkutut, alangkah beruntungnya kau
Hidupmu bebas perut kenyang lalu berkicau
Di halaman tempat hinggap kapan kalian mau
Aku duduk memandang dengan sakau
Kaliankah yang terlalu pintar menemukan?Â
Atau aku yang terlalu bangga dengan warisan halaman
Tak melakukan apa-apa kecuali menanam kebebalan
Hingga yang tumbuh hanya rambatan kecemburuan
Apakah kalian mentertawaiku?Â
Seiring makin penuhnya tembolokmu?Â
Pintarnya mereka atau bodohnya aku
Pertanyaanku kabur oleh angin lalu
Perang berkecamuk di sini di dalam hati
Tak berhenti saling sahut di antara dua sisi
Satu menuntut dan yang lain membela diri
Sepasang perkutut tetap berpesta dan tak peduli
Pesantenan, Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H