Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apakah Dia Pantas Dibunuh?

3 Januari 2023   21:17 Diperbarui: 3 Januari 2023   22:03 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja. Pasti semalam ibu sudah membicarakannya dengan ayah. Ia mencoba mengulang jawaban ibu. Tapi sisi hatinya menginginkan pembelaan, menginginkan dukungan, menginginkan jawaban, ya, pantas dibunuh! 

"Ada seorang anak kecil memegang sesuatu yang ia tidak tahu sama sekali, lalu bertanya pada ayahnya, ini apa ayah? Ayahnya menjawab, itu apel. Lalu sejak itu si anak mengerti bahwa sesuatu yang dipegangnya adalah apel. Jika satu ketika ia melihat itu di mana pun, maka ia tahu itu apel. Ketika bertanya anak itu tidak tahu namanya, dan jawaban si ayah akan diterimanya karena ia ingin tahu namanya. Tapi pertanyaanmu pada ibumu adalah pertanyaan yang kau sudah tahu jawabannya, tapi kau berharap ibumu mengatakan apa yang kau pikirkan. Kau sedang memiliki masalah, sampai kau menanyakan sesuatu yang mengerikan seperti itu?"

"Tidak, ayah."

"Kalau begitu berhentilah memikirkan itu."

Maya diam. Ia ingin sekali menceritakan tentang sakit hatinya itu pada ayah. Tapi ia yakin jawaban ayah tidak akan jauh-jauh dari, tinggalkan pacarmu, konsentrasilah pada studimu. Karena jika ia menginginkan dukungan pada rasa sakit hati dan dendamnya, maka ia harus mengatakan bahwa Johan sudah mengambil keperawanannya, tapi mengkhianatinya. Itu jelas tidak mungkin. Bisa jadi ayah yang mati berdiri karena terkejut.

---

"Menurutmu," kata Maya, "membunuh orang dalam situasi tertentu, seperti misalnya terpojok, bisa dibenarkan?"

Johan mengerutkan dahinya, "kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Jawab saja."

Johan menggeleng, "aku tidak tahu, kupikir apa pun situasinya tidak mungkin bisa dibenarkan."

"Kenapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun