Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mantan yang Cantik

1 Januari 2023   15:53 Diperbarui: 1 Januari 2023   17:32 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duduk di atas motor Likun menatap seseorang. Ia hampir tak berkedip sejak matanya menangkap orang itu. Likun takjub dan merasa dadanya berdesir melihatnya. Seseorang itu tengah sibuk berbelanja. Tangannya menunjuk ini dan itu, penjualnya sibuk mengambilkan. Ada tawar menawar, lalu segera setelah sepakat seseorang itu menunjuk yang lain lagi.

'Mardiyah cantik sekali,' pikirnya.

Pikirannya seketika membubul seperti laron. Beterbangan mengkhayal, ia mengantarkan orang itu berbelanja, kesana kemari mengitari pasar.

"Mau masak apa, Kang?" tanya Mardiyah dalam khayalnya.

"Apa sajalah, kalau kamu yang masak, apapun pasti enak," sahutnya di dalam khayalnya pula.

Lalu dalam khayalnya Mardiyah tersipu sambil mencubit pinggangnya.

Likun tersenyum sendiri tanpa disadarinya. Matanya masih memandangi seseorang yang cantik itu, Mardiyah.

Tiba-tiba seseorang itu hilang dari pandangannya. Likun tergagap, karena tepatnya ada seseorang yang lain yang tiba-tiba ada di depan matanya dengan wajah merengut dan sepasang matanya tampak galak. Likun berpura-pura tak terjadi apa-apa. Ambar tiba-tiba muncul.

"Sudah belanjanya?"

"Cantik?" Ambar melihat ke Mardiyah yang masih belanja lalu melihat kembali ke Likun.

"Apa sih?" Likun berpura-pura lagi.

"Mantan istrimu?"

"Siapa?"

Ambar menggantungkan plastik-plastik berisi belanjaannya ke pengait pada motor suaminya. Likun ikut pura-pura membantu, berharap Ambar tak meneruskan pembicaraan mengenai Mardiyah.

"Aku sudah di sini dari tadi, dan melihatmu senyum-senyum melihat mantan istrimu!" tukas Ambar ketus dan suaranya keras. Cukup untuk membuat Likun malu dengan keadaan sekitar. Likun yang tak bisa mengelak segera menggenjot sepeda motor bebeknya.

"Kamu menyesal bukan, dia makin cantik sekarang, suaminya bos besar, hidupnya enak."

Likun diam dalam menjalankan sepeda motornya. Ingin sekali ia membenarkan kata-kata Ambar barusan. Mardiyah baik dan ia menyia-nyiakannya, hanya karena dulu ia merasa tidak keren dijodohkan.

Setelah bercerai dan Mardiyah menikah lagi, ia baru sadar kalau Mardiyah itu cantik sekali. Ia pun kemudian bertemu jodoh, Ambar, dan ia mendapatkannya sendiri. Tapi Ambar galak dan cemburuan.

Dan tidak secantik Mardiyah. Likun tersenyum meski di belakangnya Ambar masih menggerutu. Sambil mencubiti pinggang Likun. Rasanya sakit.

'Kalau Mardiyah yang mencubit pasti tidak akan sakit,' pikir Likun.

Nasi sudah menjadi nasi goreng.

Pesantenan, Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun