Otakku seketika mendapatkan kesimpulan, tapi tubuhku terasa kaku dan mulutku kelu. Apa yang ingin kuteriakkan seperti menguap.
Bus sudah berjalan dan shelter itu tampak menjauh. Sementara kerumunan orang di shelter itu dengan segera menelan Ben, seseorang yang mengingatkanku tentang perhiasanku dan mengajakku berkenalan.
Aku berpikir ia mencari cara untuk mendekati wanita, tapi yang ia lakukan berbeda. Ia mengingatkanku agar berhati-hati dengannya, tapi aku tak memahaminya. Hingga aku harus membayarnya, begitu mahal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H