Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Bulan Mati dan Jiwa-jiwa Mati yang Pergi

27 November 2015   17:37 Diperbarui: 27 November 2015   18:16 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kau setan, jahanam!”

“Apa pun katamu, Anna. Semua ini berawal dari hal yang sepele sekali. Perasaan diabaikan, padahal kalau bukan karena aku, perusahaan Nugie-mu itu tak akan pernah ada. Mungkin tetap hanya sebuah kamar dengan sebuah komputer server yang lemot dengan Nugie memelototinya sedari pagi sampai pagi lagi. Tapi Nugie terlalu sombong kepada seseorang yang memberinya modal.”

Aku tak peduli lagi. Gie, apa pun alasanmu, kau telah menginginkan kematianku, menginginkan aku lenyap demi Ran yang kau bahkan tak tahu jika kedatangannya tanpa perantara James jahanam sekalipun sudah membawakan penyakit untukmu. Kau memilih cinta yang berpenyakit. Di mana pun kau sekarang, Gie. Aku tak peduli lagi.

James mengisyaratkan akan menarik pistolnya. Senyum seringai kembali terbit dan sebelah matanya dipicingkannya. Mungkin ia takut tembakannya dari jarak satu inci itu meleset.

Letusan tembakan terdengar. Keras dan mengguncang serta meluruhkan seluruh perasaanku. Aku mati.

Mataku terbuka. Kenapa mataku terbuka?

Aku mendapati diriku masih berdiri. Pistol di depan wajahku sudah tak ada lagi. Benda itu tergeletak di lantai dekat tangan yang sedari tadi memegangnya. Tangan itu terkulai bersama pemiliknya yang terkapar. James bersimbah darah di depanku.

Siapa yang menembaknya?

Sesosok wajah dengan senyum kemenangan lain kini mengitari mataku. Ran. Tangannya memegang pistol lain. Wajahnya tampak mendung untuk seseorang yang memenangkan permainan menegangkan yang berlangsung begitu lama.

“Kenapa, Ran?”

“Sudahlah, Anna. James sudah menceritakan semuanya sampai berbusa dan lihat, karenanya ia berdarah-darah sekarang. Semuanya gamblang sekarang. Ini semua sandiwara. Aku memainkannya demi cintaku. Nugie memainkannya demi aku. James memainkannya demi ambisinya sendiri. Kami bekerja sama tapi kepentingan kami berbeda. Ketika ada kendala, seperti kata James, kami memainkan plan B, tapi ketika kepentingan kami berbenturan, kami tak punya rancangan apa-apa kecuali menyingkirkan siapa yang mencoba menghalangi. Tak boleh terlambat jika ingin memenangkan sebuah permainan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun