Berbicara tentang sampah adalah suatu topik yang tidak ada habis-habisnya untuk dibahas. Mulai dari individu, lingkungan, dan stakeholder hingga pemerintah. Sampah menjadi polemik bagi kehidupan manusia. Namun jika penanganannya dilakukan secara tepat, maka sampah dapat menjadi sumber kegiatan ekonomi baru. Sebelum berbicara tentang sampah, kita harus tahu terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan sampah. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Keberadaan sampah tidak hanya di daratan saja. Sebagai akibat dari proses alam, sampah yang ada di daratan terbawa ke laut oleh aliran sungai yang mengalir dari hulu ke hilir. Tidak hanya itu, kegiatan manusia di pesisir juga menyumbangkan sampah di laut lepas. Hal ini tentu tidak terlepas dari perilaku manusia yang membuang sampah tidak pada tempatnya.Â
Misalnya, warga yang dengan sengaja membuang sampah hasil rumah tangganya ke sungai. Hal ini tentunya akan mengalir hingga ke bagian muara dan mencemari ekosistem estuari (daerah antara sungai dan laut). Dengan adanya arus dan gelombang laut, sampah-sampah tersebut terbawa hingga ke tengah lautan. Bahkan sampah dari suatu negara terdapat hingga ke negara lain yang letaknya berjauhan.
Jumlah penduduk yang meningkat juga mengakibatkan tumpukan sampah yang ada di sekitar pesisir sehingga menyebabkan pulau atau laut tercemari sampah hingga membentuk pulau sampah dan mendapat julukan pulau sampah. Fenomena pulau dan laut di dunia yang tercemari sampah atau yang mendapat julukan pulau sampah adalah Pulau Panggang, Indonesia; Pulau Semakau, Singapura; Pulau Yumenoshima, Jepang; Pulau Thilafushi; Pulau Henderson; Floating Garbage Island; dan Pulau sampah di Samudera Atlantik Utara.
Manajemen sampah di pulau sampah
Penangaan sampah haruslah dikaji secara menyeluruh melibatkan banyak pihak, dalam hal ini adalah stakeholder. Pihak terkait yang terlibat adalah pemerintah, masyarakat, sekolah, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, dan pengusaha. Langkah pengelolaan yang harus dilakukan adalah pengelolaan sampah dan penerapan manajemen terpadu yang melibatkan semua pihak dan sektor.Â
Langkah pengendalian terhadap terjadinya pencemaran sampah perlu dilakukan dengan melakukan pencegahan, penanggulangan pencemaran yang telah terjadi. Pramudyanto (2014) menjelaskan langkah-langkah untuk memperkecil terjadinya kerusakan wilayah pesisir terhadap pencemaran sampah. Langkah-langkanya adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan prinsip-prinsip pengelolaan pesisir dan laut terpadu dan prinsip Good Environmental Governance dalam mengimplementasikan program dan proyek;
2. Melibatkan masyarakat, ilmuwan, pengusaha dan stakeholder lainnya dalam proses pelaksanaan program;
3. Mengintegrasikan informasi lingkungan, teknologi, ekonomi dan sosial sejak awal dalam suatu proses pelaksanaan program;
4. Menciptakan mekanisme keuangan yang berkesinambungan untuk mendukung program pengendalian pencemaran dan kerusakan di pesisir;
5. Mengembangkan kemampuan sumberdaya manusia dalam pelaksanaan program pada semua tingkat pemerintahan.
Selain-langkah langkah tersebut di atas, peran stakeholder juga diperlukan untuk melakukan pengelolaan terhadap sampah. Peran stakeholder adalah sebagai berikut:
Pemerintah
Menurut Chen at al. (2005) menjelaskan bahwa peran pemerintah dalam jangka panjang, hampir tidak bisa menghindari pengangkutan sampah ke daratan. Selain itu, mereka juga menjelaskan bahwa dengan berinvestasi dalam suatu tanaman insinerasi, mereka dapat membeli waktu tambahan untuk menyelidiki strategi (Solid Waste Management) SWM alternatif. Pramudyanto (2014) menjelaskan bahwa dalam pengaturan pengelolaan sampah, peran pemerintah adalah:
1. Â Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup;
2. Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau subyek hukum lainnya;
3. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;
4. Mengedukasi warga dengan kampanye lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Masyarakat
Masyarakat mempunyai peranan dalam pengelolaan sampah di pulau agar tidak menjadi pulau sampah. Peran masyarakat sebagai penduduk suatu pulai sangatlah besar karena sebagian besar sampah dihasilkan oleh aktivitas warga masyarakat. Perlu adanya kelompok-kelompok masyarakat yang membentuk suatu gerakan terhadap pengelolaan lingkungan yang diupayakan dapat mengatasi masalah sampah. Masyarakat yang peduli terhadap lingkuangan dengan tidak membuang sampah di bibir pantai, di sungai, diharapkan dapat mencegah terbentuk pulau sampah.
Sekolah
Pendidikan sangat berpengaruh pada perilaku masyarakat terhadap lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup dapat membentuk karakter peduli lingkungan pada peserta didik. Pembentukan karakter peduli lingkungan, khususnya dalam rangka membuang dan mengelola sampah baik itu sampah individu maupun rumah tangga. Peran sekolah sebagai tempat mendidik generasi penerus bangsa untuk pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai guru sebagai suri tauladan yang baik untuk peduli terhadap lingkungan, khususnya masalah sampah;
2. Kurikulum pembelajaran terintegrasi dengan lingkungan juga perlu menjadi perhatian sekolah untuk pembentukan karakter peduli lingkungan;
3. Pembiasaan untuk tidak membuang sampah sembarangan harus sering dilakukan dan dijadikan program khusus sekolah tentang peduli terhadap lingkungan.
Perguruan tinggi dan lembaga penelitian
Perguruan tinggi dan lembaga penelitian mempunyai peran untuk menghasilkan riset yang inovatif terhadap lingkungan. Tujuannya adalah untuk pemecahan masalah lingkungan khususnya adalah masalah sampah. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Skordilis (2004) menghasilkan sebuah modelnya implementasi di pulau Corfu, yaitu bahwa metode yang paling efisien untuk limbah pembuangan di Corfu adalah kombinasi dari pemilahan material di sumber limbah dan produksi kompos dari fraksi organik.
Pengusaha
Peran pengusaha dalam pengelolaan sampah di pulau sampah adalah dengan menjadikan pulau tersebut sebagai destinasi wisata lingkungan yang bersih dan sehat. Pengusaha mempunyai program-program wisata lingkugan, misalnya prorgam penanaman mangrove dan coral di wilayah pesisir. Program ini, selain menambah minat wisatawan juga menjadi salah satu cara pengusaha agar peduli terdahadap lingkungan.
Referensi
Chen, M.C., A. Ruijs, J. Wesseler. (2005). Solid waste management on small islands: the case of Green Island, Taiwan. Conservation and Recycling 45 (2005) 31--47, Elsevier.
Mort-Ferguson, S., Law, K., Proskurowski, G., Murphy, E., Peacock, E. & Reddy, C.. (2010). 'The size, mass, and composition of plastic debris in the western North Atlantic Ocean', Marine Pollution Bulletin.
Pramudyanto, Bambang. (2014). Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan di Wilayah Pesisir. Jurnal Lingkar Widyaiswara. Edisi 1 No. 4, Oktober -- Desember 2014, p.21 -- 40
Skordilis, A.. (2004). Modelling of integrated solid waste management systems in an island. Conservation and Recycling 41 (2004) 243--254. Elsevier.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H