Mohon tunggu...
Adrilla FemiVelina
Adrilla FemiVelina Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

seorang mahasiswa yang memiliki minat terhadap kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Indonesia Terjebak Paylater? Gen Z Diambang Krisis Keuangan

9 Juni 2024   19:18 Diperbarui: 9 Juni 2024   19:39 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Metode pembayaran pada platform buy now pay later (BNPL) tentunya sudah tidak asing lagi. BNPL yang biasa disebut sebagai paylater merupakan salah satu fitur pembayaran favorit anak muda sekarang. Di permukaan BNPL memang terdengar seperti solusi bijak. Paylater menawarkan berbagai janji manis berupa layanan kemudahan, kenyamanan, dan prosedur verifikasi yang tidak  sulit. Namun sisi gelap paylater yaitu suku bunga yang "mencekik" dan mengambil keuntungan dari keterlambatan pembayaran (late payment fee) sebesar 5% dari seluruh tagihan.

Sasaran BNPL adalah orang-orang konsumtif mudah tergoda nafsu untuk membeli barang yang kurang dibutuhkan atau bahkan membeli barang tersier secara impulsif. Mayoritas sasarannya adalah generasi Z yang terkadang hidup sesuai gengsi bukan hidup sesuai kemampuan finansialnya.

Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Internasional Data Corporation (IDC) tahun 2022, pengeluaran paylater Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, mencapai 58% dari pengguna  paylater di kawasan Asia tenggara. Riset  dari OJK juga menyatakan nilai proyeksi penggunaan paylater pada tahun 2025 mencapai US $ 5,15 miliar dana akan terus meningkat.

MENGAPA PAYLATER SEMAKIN MARAK DIGUNAKAN?

Populernya metode BNPL karena memiliki startegi dan sasaran yang tepat. BNPL menjalin kemitraan dengan berbagai e-commerce untuk menwarkan promosi atau diskon kepada pengguna. Selain itu iklan-iklan yang muncul pada media sosial kerap berhubungan dengan fitur paylate yang  tentunya membuat orang semakin familer dengan paylater.

6 Skema Jebakan Paylater

  • Menawarkan DISKON besar pada barang tertentu. Bagi orang yang suka belanja di e-commerce pasti tidak asing dengan " cashback 100% sampai 40 ribu dengan paylater". Terbuai dengan diskon yang besar sering kali pelanggan memustuskan untuk membayar menggunakan paylater.
  • Berafiliasi dengan E-Commerce. Platform yang menawarkan banyak diskon, membuat pelanggan tergoda untuk membeli barang meski tidak terlalu dibutuhkan.
  • Diberi opsi membayar dengan Paylater.  Jika opsi ini tidak ada, mungkin saja pelanggan akan mengurungkan Tindakan konsumsi impulsifnya.
  • Tidak harus bayar lunas pada suatu waktu. Pelunasaan pembelian barang dengan paylater pada pada suatu platform biasanya memiliki variasi durasi cicilannya. Skema ini menawarkan bunga cicilan 0-4%. Namun semakin lama durasi pelunasannya bunga cicilan juga akan semakin besar.
  • Bisa multi rekening. Setiap pelanggan tidak ada batas minimal memiliki rekening paylater. Setiap rekening memiliki rentang limit pinjaman kisaran tiga juta sampai 50 juta. Tawaran yang menggiurkan bukan?
  • Pembeli sadar sudah membeli cukup banyak dengan BNPL. Pada saat jatuh tempo, pembeli yang membeli cukup banyak menggunakan paylater akan membbayar tagihan yang cukup besar. Mengakibatkan tekanan pada keuangan yang pada akhirnya menciptakan ketidakstabilan finansial.

Sungguh miris ketika melihat generasi Z yang masih menempuh pendidikan dan belum berpenghasilan terlilit utang paylater. Sebagai manusia yang setiap harinya dikelilingi oleh media sosial dan platform harusnya lebih awas dengan dampak dari paylater.

Dampak yang paling dirasakan gen Z Ketika terjebak dalam utang paylater adalah kesulitan mencari pekerjaan. Faktanya di era sekarang Ketika seseorang mencari pekerjaan, perusahaan akan melakukan pengecekan skor slik. Segala utang pinjaman online atau paylater akan dicatat di OJK. Jika ada penunggakan utang dan mendapat skor slik yang buruk dari calon pekerja maka secara otomatis perusahaan akan menggugurkan pelamar tersebut. Apabila tidak mendapat kerja maka gen Z akan terjebak dalam jurang kemiskinan.

REALITA PAHIT PAYLETER DAN SOLUSINYA

Banyak orang yang berjuang dalam ekonomi terjerat hutang berbunga-bunga dari paylater. Ketika seseoorang tidak mampu membayar tunggakan cicilan, maka mereka akan meminjam dengan rekening lain dengan bunga yang cukus besar untuk melunasi utang. Lama-kelamaan pola ini akan membentuk spiral utang yang akan memaksa seseorang tetap dalam kemiskinan.

Solusi yang ditawakan yaitu pendaftaran dan prosedur pemakaian paylater diperketat, menyebarkan edukasi bahaya paylater, dan hidup sesuai isi kantong. Dari pada ngutang untuk gaya hidup lebih baik uang ditabung atau diinvestasikan pada platform terpercaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun