Mohon tunggu...
Adriel Raihan
Adriel Raihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Jurnalistik yang baik dan murah senyum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Beretorika dan Berdakwah

18 Juni 2024   03:31 Diperbarui: 18 Juni 2024   04:21 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oleh syamsul yakin dan adriel raihan

Hubungan antara retorika dan dakwah sangat erat. Retorika adalah seni berbicara, sementara dakwah secara definitif berarti mengajak melalui berbicara. Dakwah yang dilakukan dengan bahasa yang indah akan memikat para pendengarnya, yang dikenal sebagai dakwah billisan.

Retorika mencakup komunikasi verbal, baik lisan maupun tulisan. Dalam dakwah, dikenal dua bentuk komunikasi: dakwah billisan (lisan) dan bilkitabah (tulisan). Spektrum dakwah tidak hanya terbatas pada berbicara, tetapi juga mengajak melalui tulisan.

Selain itu, retorika mengenal komunikasi nonverbal, baik secara langsung (tatap muka) maupun virtual (tatap maya). Dalam dakwah, ini dikenal sebagai dakwah bilhal, yang dapat dilakukan secara online maupun offline. Dalam retorika, bahasa tubuh dan gerakan merupakan bagian dari komunikasi, yang dalam dakwah disebut sebagai menyampaikan keteladanan atau menjadi role model.

Retorika telah berkembang dari seni berbicara menjadi ilmu berbicara. Dakwah juga mengalami perkembangan dari kegiatan keagamaan menjadi kajian akademis yang sistematis, logis, dan dapat diverifikasi. Retorika awalnya merupakan warisan budaya yang kemudian berkembang, sementara dakwah telah berkembang menjadi ilmu dakwah.

Tujuan retorika adalah menyampaikan pesan secara informatif, persuasif, dan rekreatif. Demikian pula, pesan dakwah yang mencakup akidah, syariah, dan akhlak dapat disampaikan secara informatif, persuasif, dan rekreatif. Bahkan, pada tingkat tertentu, tujuan retorika dan dakwah sama-sama bersifat edukatif.

Dalam konteks tujuan retorika persuasif, dakwah memiliki metode seperti bilhikmah (kebijaksanaan), ceramah, dan diskusi yang harus disampaikan dengan lemah lembut. Dalam pengembangan retorika, disyaratkan penggunaan bahasa baku, berbasis data dan riset. Syarat yang sama berlaku bagi dakwah, baik billisan, bilkitabah, maupun bilhal, terutama karena audiens semakin kritis dan rasional.

Jika dalam retorika, Aristoteles memperkenalkan pathos, logos, dan ethos, maka para dai juga harus memiliki ketiganya, baik secara intelektual maupun spiritual. Namun, dalam konteks pathos, ekspresi sedih atau gembira para dai bukan hanya sekedar retorika.

Seorang pendakwah harus menguasai retorika verbal dan nonverbal. Sebaliknya, seorang yang beretorika diharapkan memasukkan konten dakwah, baik akidah, syariah, maupun akhlak. Dakwah tanpa retorika akan lumpuh, sedangkan retorika tanpa muatan dakwah akan buta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun