Mohon tunggu...
Adrianus Denis
Adrianus Denis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

a web wonderer with a curious mind

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

I'm Lovin' It atau I'm Gainin' It? Mengenal dan Mengamati Culture Jamming McDonald's

26 Maret 2021   12:41 Diperbarui: 26 Maret 2021   13:11 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kalian pernah melihat  plesetan sebuah merek ketika kalian sedang scrolling di media sosial? Misalnya plesetan merek baju, merek Merek tersebut beragam, misalnya merek fast fashion, merek fast food, dan masih banyak lagi.

Ternyata, hal ini merupakan salah satu pemikiran Posmodernisme yang bernama Culture Jamming, loh!

Sebelum itu, kita akan memperdalam mengenai perbedaan pandangan modernisme dan posmodernisme melihat sebuah budaya, dan apa itu culture jamming.

Modernisme vs Posmodernisme dalam melihat sebuah budaya

Modernisme sudah dimulai sejak abad ke-15, yang ditandai dengan abad pencerahan atau Renaissance. Dari linimasa munculnya modernisme, kita dapat menyimpulkan bahwa mereka melihat budaya sebagai sesuatu yang mutlak. Budaya dianggap tinggi, tidak dapat untuk dikritisi, dipertanyakan dan sakral. Sedangkan, posmodernisme adalah sebuah pemikiran yang muncul mulai tahun 1960an. Posmodernisme melihat sebuah budaya sebagai sesuatu hal yang dibuat oleh manusia. Budaya dapat didekonstruksi atau dibedah untuk dianalisis.

Culture Jamming

Culture Jamming pertama muncul sekitar tahun 1980-an sampai 1990-an. Sejatinya, culture jamming merupakan praktis mengubah pesan yang dikeluarkan oleh media massa, khususnya iklan, dengan sebuah satir yang artistik. Culture jamming ini bersifat anti-konsumerisme, mereka mengatur ulang logo, pernyataan fashion, dan gambar produk untuk memberikan perhatian tentang konsumsi, kerusakan lingkungan dan praktis sosial yang tidak adil. (Barker & Jane, 2016, h. 240-241)

Orang-orang yang sering melakukan culture jamming sering disebut sebagai jammers. Para jammers ini mencoba untuk mengubah semiotika dari media yang jadi target mereka, dengan cara mengubah "pesan" yang dikeluarkan dalam sebuah iklan menjadi "anti-pesan" nya sendiri. 

Secara simpel, jammers itu membalikkan pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah iklan menjadi bumerang bagi iklan tersebut.

.

.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai culture jamming lebih lanjut, kita akan mengambil sebuah contoh. Kali ini, kita akan membahas mengenai iklan McDonald's dan bentuk culture jammingnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun