Jaman sekarang, siapa yang tidak mengenal platform streaming Netflix?
Netflix merupakan layanan streaming bulanan asal Amerika Serikat yang sudah berdiri sejak 1997. Tetapi. tahukah kamu bahwa Netflix telah mengalami proses perubahan model bisnis semenjak berdirinya?
Netflix yang dulu tidak seperti yang sekarang. Waduh, sudah seperti dirinya ya! Model bisnis Netflix dulu berupa penjualan DVD dan juga bisnis rental DVD yang dikirimkan melalui pos. Jadi, jaman 1990-an dulu Netflix itu dikenal sebagai tempat untuk beli dan juga rental DVD secara online.
Sangat berbeda dengan Netflix yang kita ketahui sekarang, bukan? Sebuah informasi baru untuk kita yang mungkin hanya mengetahui Netflix sebagai layanan streaming yang booming baru-baru ini.
Sekarang, ada bagian serunya nih. Bagaimana ya jika Netflix dikaji dengan Circuit of Culture atau Sirkuit Budaya?
Sebelum itu, kita harus mengetahui apa itu budaya dalam konteks Sirkuit budaya.
Budaya adalah sesuatu yang datang dari nilai/makna yang dianut bersama oleh sekelompok orang. Jadi, budaya itu apa yang dimaknai oleh orang-orang sekitar kita. Contoh mudahnya, dalam setiap keluarga mempunyai kebudayaannya sendiri seperti jam malam untuk anak,
Circuit of Culture atau Sirkuit Budaya merupakan sebuah teori atau kerangka kerja yang ditemukan oleh Stuart Hall. Teori ini membahas mengenai hubungan 5 elemen, yaitu representasi, produksi, identitas, regulasi, dan konsumsi sebagai proses dimana sebuah fenomena budaya dapat dianalisis.
Panah yang terdapat dalam sirkuit itu menunjukkan hubungan yang ada antara 5 aspek tersebut. Jadi, semua aspeknya berhubungan tanpa terkecuali.
Selama manusia hidup di Bumi, telah mengalami perubahan di segala aspek. Budaya merupakan aspek yang tidak terkecuali. Beberapa fase budaya telah manusia lewati dari Fase Tribal dimana kita bisa menceritakan sebuah hal mulut ke mulut yang akhirnya menjadi sebuah cerita rakyat (folklore).
Berlanjut Fase Literatur dimana manusia mulai mengetahui baca & tulis dan mulai menceritakan ceritanya lewat surat pribadi. Berkembang ke Fase Cetak dimana mulai ada surat kabar yang diproduksi secara massal agar informasi tersebar lebih luas, dan akhirnya sampai pada Fase Digital. Fase digital adalah masa sekarang, dimana pertukaran pesan dan juga budaya kita lakukan secara instan.
Kali ini, kita akan membahas satu fenomena budaya dengan salah satu elemen sirkuit budaya, yaitu identitas.
Identitas Netflix tidak berganti secara menyeluruh. Dalam arti, masih ada sekumpulan orang yang masih memberikan identitas Netflix sebagai “Dulu itu tempat saya meminjam DVD secara online”, “Netflix tempat beli DVD original dulu”. Biasanya, generasi Boomers yang akan melihat identitas Netflix seperti itu. Boomers disini maksudnya orang tua yang sekarang sudah tidak menggunakan Netflix sama sekali!
Ada kontras dalam identifikasi identitas Netflix pada generasi milenial dan generasi Z. Mereka yang lahir saat Netflix sedang atau sesudah melakukan proses perubahan model bisnis mereka menjadi Layanan Streaming. Jika ditanya mengenai identitas Netflix mereka akan menjawab satu nada dengan, “Netflix tempat nonton online itu kan?” atau “Streaming di Netflix paling oke!”
Ada Boomers masih menganggap Netflix sebagai tempat rental DVD andalan, sedangkan Milenial dan Gen-Z menganggap Netflix sebagai platform nonton film original dengan interface paling enak dilihat.
Wow, terlihat ada kontras bukan?
Kontras yang ada mengenai identitas Netflix ini menjadi topik yang sangat unik untuk dibicarakan.
Kok bisa ya Netflix diidentifikasi secara berbeda oleh generasi yang berbeda pula? Hal ini bisa kita simpulkan lagi dengan definisi budaya tadi. Makna yang ada di masyarakat tentang Netflix saat tahun 90an itu berbeda dengan makna tentang Netflix sekarang. Bagaimana satu artefak budaya
Jika budaya sudah berbeda, mana mungkin identifikasi identitas sebuah benda itu sama? Bukankah begitu?
Daftar Pustaka :
Hall, Stuart. (2003). The work of representation: ”Representation: CulturalRepresentations and Signifying Practices (Culture, Media andIdentities series). Ed Stuart Hall Sage publication.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI