JOPS atau yang dikenal dengan Jogja Jateng Online Plants Seller berawal dari kesadaran dan kesamaan hobi sekelompok orang hingga saling bertukar ilmu seputar tanaman. Kecintaan terhadap tanaman mampu membawanya pada tekad untuk menjadikannya sebuah usaha yang berpenghasilan. Langkah perdana yang ditempuh dalam berjualan di ruang virtual berhasil melahirkan komunitas JOPS di tahun 2018. Berbekal tenaga 3 orang dengan tulus, saat ini JOPS memiliki total puluhan anggota yang terbagi dalam 2 gelombang. Namun, perjalanannya hingga saat ini dapat dibilang tidak mudah.
Sebuah komunitas UMKM penjual tanaman yang anggotanya tersebar di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Keunikan dari JOPS sendiri yaitu mereka hanya menjual tanaman secara online sehingga tidak memiliki lapak secara fisik untuk berjualan, mereka hanya menjualnya melalui platform aplikasi Instagram. Komunitas formal ini terus mengalami perubahan sosial yang telah berdampak bagi internal maupun eksternal komunitas. Namun, perlu kita sadari bahwa perubahan tersebut tidaklah mudah, terlebih menyangkut kesadaran untuk terus hidup dan menghidupi bumi, melalui gerakan menanam tanaman. Hal serupa telah diperjelas oleh Kasnawi & Asang (2014) yang mengatakan bahwa
"Ada masyarakat yang relatif amat lambat mengalami perubahan sosial, misalnya sampai berpuluh-puluh tahun baru terjadi perubahan, sehingga sepintas lalu dari luar tidak terlihat jelas adanya perubahan sosial. Namun ada pula masyarakat yang relatif cepat atau amat cepat mengalami perubahan sosial, sehingga dirasakan masyarakat yang sangat dinamis. Lambat atau cepat perubahan sosial itu terjadi pada suatu masyarakat tertentu, akan tergantung sejauh mana unsur-unsur yang ada dalam lingkungan masyarakat terbuka terhadap perubahan. Unsur-unsur yang dimaksud di sini terutama menyangkut cara berpikir, cara bersikap, dan cara bertindak (kebudayaan) dari warga masyarakat itu sendiri."
      Perubahan sosial yang dihadapi oleh komunitas JOPS berada di antara ruang virtual dan dunia nyata. Sejak awal JOPS terbentuk, andalan utama bagi kelangsungan roda perekonomiannya terletak pada akun media sosial Instagram (@jogjajatengops) namun penggunaannya kurang optimal hingga sekarang. Dalam hal branding dan promosi, akun media sosial instagram tersebut tidak berdampak secara signifikan terhadap perkembangannya. Meskipun telah mengalami pergeseran suasana dalam hal penjualan, konsumen berhasil meningkat dan cenderung statis tanpa adanya kenaikan yang signifikan hingga sekarang. Terlebih branding yang diproduksi pada akun Instagram JOPS kurang memperhatikan aspek estetika sehingga daya tarik konsumen menjadi cukup rendah. Â
      Dilansir dari Harianjogja.com (Azmi,2020), Jogja-Jateng Online Plant Seller (JOPS) mulai berkontribusi untuk menjadi wadah serta sarana untuk mengedukasi masyarakat agar terhindar dari penjual tanaman hias yang curang dan culas. Hal ini disebabkan selama masa pandemi, aktivitas mengoleksi tanaman hias mendadak naik daun kerap dimanfaatkan penjual tanaman untuk menipu masyarakat dengan  menjual jenis tanaman mahal yang ternyata palsu.
      Menyadari bahwa komunitas JOPS hanya bersifat komunitas virtual dengan 46 UMKM yang tersebar di Yogyakarta dan sekitarnya, satu-satunya media sosial yang menjadi ujung tombak penjualannya adalah Instagram. Saya (dan teman-teman) tergerak untuk belajar bersama dalam hal pengelolaan media sosial Instagram secara maksimal guna mencapai promosi dan branding yang optimal. Pemanfaatan seluruh fitur dalam Instagram, seperti feeds, story, reels, live, dan fitur-fitur lain untuk meningkatkan kedekatan dengan calon pelanggan. Interaksi-interaksi semacam ini sangat diperlukan untuk secara tidak langsung membagikan nilai-nilai yang terkandung dalam komunitas JOPS.
      Usulan dan niat tersebut berangkat dari pendekatan ekuilibrium yang dikemukakan oleh Talcott Parsons. Kasnawi & Asang (2014) menyatakan bahwa mengenai perubahan sosial, pendekatan ekuilibrium dapat dimasukkan ke dalam kelompok evolusi sosial (evolutionary approach),
      "terjadinya proses perubahan sosial menurut Talcott Parsons, yaitu bermula perubahan bertahap di antara bagian-bagian kehidupan masyarakat atau yang tadi kita istilahkan sub-sistem dalam kehidupan masyarakat yang pada akhirnya mendorong perubahan sistem sosial itu sendiri secara keseluruhan. Proses terjadinya perubahan sosial itu sendiri menurut Parsons, tidak terlepas dari proses pemenuhan fungsi-fungsi masyarakat".
Sumber:
Kasnawi, M. T., Asang, S. (2014). Konsep dan Pendekatan Perubahan Sosial. Diakses dari https://www.coursehero.com/file/41184631/IPEM4439-M1pdf/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H