Aneh bin ajaib, tak disangka, tak diduga, tak dinyana dan ntah apalagilah namanya, untuk mengapresiasi perubahan yang dialami teman lamaku ini. Teman lama di kala susah, teman yang selalu siap jika dibutuhkan dan bahkan ditinggalkan, dan teman yang rela mengantri demi dapat bertemu dengan idolanya. Hahaha.
Kulihat sekilas, begitu banyak perubahan yang dialami teman lamaku ini. Teman lama yang kutinggal merantau di negeri seberang (Seberang Kabupaten Maksudnya... haha) untuk mengadu nasib, mencari peruntungan dan jati diri yang berhamburan hampir tak tersisa. Perubahan yang sangat menonjol adalah pada hubungan pertemanan yang dia jalin saat ini. Dulunya lebih banyak berteman dengan tukang parkir, tukang kebun, petugas keamanan, preman pasar, segala macam bandar dari yang tampak hingga tak tampak sekarang lebih banyak ke jurnalis, tokoh agama, dll. Mantap!
Untuk itu, sebagai ungkapan balas jasa (Jasa opo iki mas, haha) maka kusempatkanlah menemuinya walau hanya sekedar menikmati malam dengan menghabiskan secangkir kopi. Sebenarnya pertemuan itu merupakan pertemuan lanjutan karena pernah suatu hari kami bertemu di suatu tempat. Nah, malam itu, jumat (6/8/2016) tepatnya di warung kopi Winni jalan Gajah mada kota Pontianak yang terkenal dengan sesajen pisang goreng rasa susu dan srikaya kamipun bertemu, menyapa satu sama lain.
Di dalam pertemuan itu aku diperkenalkan pada sosok pria yang tampak penuh dengan jiwa seni di mataku. Dengan penampilan layaknya pecinta seni, rambut gondrong, berbaju kaos hitam bertuliskan band rock terkenal di dunia LED-ZEPPELIN, santai dan terkesan sanggar (Penampilan saat aku kuliah dulu. Haha).
Usut punya usut ternyata beliau adalah salah satu tokoh agama yang dikenal dengan bruder, bruder Kris, begitu kira-kira teman lamaku itu menyapanya. Katanya, bruder yang satu ini juga aktif di dunia kepenulisan, jiwa seninya mengalir di ujung pena. Tak ayal beberapa karya satra telah beliau terbitkan. Luar biasa...
“Budi Miank, Ijin bro” kata temanku membuka obrolan
“Emang sekolah atau kuliah, pakai acara ijin segala” pikirku dalam hati. Cukup dalam hati saja, takut dia tersinggung. Hehe
Banyak hal yang kami bahas, di antaranya mengenai budaya membaca khususnya membaca buku. “Sampai tiga buah buku yang dikasi bruder Kris” begitulah kira-kira kata temanku ini penuh semangat.
Melihat gelagat temanku itu, aku sebagai orang awam di dunia perbukuan hanya mengingatkannya untuk membaca buku yang ringan-ringan saja dulu, mudah dicerna dan mudah dipahami seperti novel, buku cerita atau buku-buku motivasi. Jika berkenan, bacalah buku dan jangan terlalu banyak membaca dari media online apalagi melalui media sosial. Karena menurutku, dengan mudahnya orang lain menyampaikan informasi maka akan sulit pula kita menemukan sebuah kebenaran pada informasi tersebut. (Serasa macam bunge aku ni yee... Haha)
Di akhir pertemuan bruder Kris menamai pertemuan kami itu dengan judul Ngopi Cerdas. Ntah apa maksudnya tapi suatu hari pasti akan kugali. Lihat saja. Hehe
Ngabang, 8/8/2016