Pernahkah anda merasa hidupmu tak berarti apa-apa? Lalu anda kemudian mencari cara agar hidupmu menjadi berarti atau penuh makna. Anda mungkin membaca buku tentang cara mencapai hidup yang bermakna, nonton film, dan lain sebagainya. Mungkin anda juga membaca biografi tokoh terkenal seperti kisa Jack Ma, Bill Gates dan tokoh terkenal lainnya yang menjadi inspirasi anda. Apakah kemudian anda berhasil? Sebagian dari anda mungkin berhasil, namun sebagian juga tidak. Mengapa? Mungkin karena anda berusaha memerankan orang lain yaitu inspirator anda, dan bukan diri anda sendiri. Saya juga demikian. Saya menganggap hidup saya ini "sampah" tidak berarti apa-apa. Banyak hal yang saya kerjakan tidak menghasilkan apa-apa. Saya hanya menghabiskan waktu 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu, 4 minggu dalam sebulan, 12 bulan dalam setahun, dan begitu seterusnya. Apakah itu adalah saya?
Banyak kaum cendikiawan yang mendefinisikan tentang manusia. Ada yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk rasiona, makhluk sosial, makhlu spritual dan lain sebagainya. saya tidak menyangkal definisi itu. Akan tetapi pandangan manusia yang demikian adalah pandangan dari seseorang menurut pemikiarannya sendiri atau mungkin berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri. Lalu bagaimana dengan saya? Saya tidak dapat mendefinishkan diri saya sendiri. Gambaran yang tepat untuk hidup saya saat ini adalah "sampah." Semua orang tahu bahwa sampah itu tidak berguna dan dibuang. Namun perlu diingat bahwa kita juga perlu mengolah sampah, supaya tidak bertumpuk, dan tidak merusak lingkungan. Ada dua macam jenis sampah yaitu sampah anorganik dan organik. Sampah organik dapat digunakan kembali (recycle) dan sampah organik dapat diolah kembali menjadi bahan baku yang berguna misalnya dapat diolah menjadi pupuk atau biogas dan lain sebagainya. Â Persoalanya sekarang adalah saya tidak tahu jenis sampah apa hidup ini. Apakah organik atau anorganik. apakah perlu recycle atau dioleh kembali menjadi bahan bauku yang baru?Â
Di negara kita tercinta ini, ada begitu banyak jenis sampah, atau jenis orang seperti saya yang merasa hidupnya tak berarti apa-apa, jangankan bagi orang lain, bagi diri sendiri saja tidak berarti. Pada posisi ini, perlu menentukan sikap dan membutuhkan pandangan yang jernih, untuk menentukan jenis sampah mana hidup saya ini. Jika anorganik disimpan saja dulu, siapa tahu suatu saat berguna. Jika organik, cobalah belajar mengolah sampah dengan orang yang berpengalaman. Siapa tahu dapat menjadi sesuatu yang berguna.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H