Mohon tunggu...
Adrie
Adrie Mohon Tunggu... Lainnya - Eksplorasi

Mulai Saja dulu!! kelanjutanya?? itu urusan nanti...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Making Good Relationship, Start from Me

24 November 2020   07:46 Diperbarui: 24 November 2020   07:52 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.newscientist.com/

Apa yang dimaksudkan dengan toxic relationship? Adanya hubungan atau relasi yang buruk yang ditandai dengan tindakan yang bersifat merusak orang-orang tertentu. Toxic relationship ini lazim dikenal dalam dunia percintaan antara seorang pemuda dengan seorang gadis. 

Akan tetapi sesungguhnya toxic relationship ini juga terjadi dalam hubungan apa saja, baik pertemanan, keluarga, dan percintaan. Artinya toxic relationship ini tidak terbatas pada dunia percintaan.

Apa yang menyebabkan toxic relationship ini terjadi? Ada banyak factor. Akan tetapi saya akan menyoroti satu hal yaitu soal "AKU" yaitu soal pribadi manusianya. Kegagalan dalam sebuah hubungan disebabkan oleh kegagalan seseorang dalam memahami dirinya sendiri. Kok bisa? Mengapa? Bisa. 

Kegagalan seseorang dalam memahami dirinya sendiri, membuat dia juga gagal memahami orang lain. Ketika ada kesalahan sedikitpun maka dia langsung marah, biasanya tidak bisa mengontrol emosi, dan kemudia menyalahkan orang lain, dan menyalahkan orang lain. Dia selalu menunjukkan sikap reaktif.

Apa yang dimaksudkan dengan gagal memahami diri sendiri? Sebagian besar, orang ketika ditanyai apakah mengenal diri sendiri, jawaban yang sering muncul adalah ia, yaitu soal nama, kelebihan dan kekurangan. 

Akan tetapi, memahami diri sendiri dalam arti mengenali dengan baik karakter pribadi, soal emosional, perasaan, soal sikap ketika menghadapi persoalan atau masalah. 

Orang yang memahami diri sendiri akan selalu bertanya pada diri sendiri tentang apa yang dialaminya. Misalnya, seorang temperamental. Ia tahu bahwa ketika menghadapi sebuah masalah dia akan cepat marah, dan mudah merusak barang di sekitarnya, dan bahkan memarahi siapa saja yang dijumpainya. 

Sadar akan hal itu, dia mencari tahu apa penyebabnya? Bagaimana mengatasinya? Ironinya dalam sebuah relasi atau hubungan semua ingin dipahami, bukan memahami. 

Misalnya, seorang temperamental tadi, mengatakan inilah karakter saya, saya memang seperti ini, sulit untuk diubah, saya memang pemarah. Ketika dia mengatakan seperti itu, ingat, dia ingin dipahami, dimengerti atau sikap temperamennya itu harus ditolerir. 

Pertanyaanya, sampai kapan sikap seperti ditolerir? Seumur hidup? Ia selalu ingin dipahami dan diterima. Apakah dia bisa menerima dan memahami orang lain yang memiliki sikap yang sama dengan dia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun