Mohon tunggu...
Adrian Ramdani
Adrian Ramdani Mohon Tunggu... -

I like to read, write, and traveling....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kekuatan Ruh Puisi yang Telah Mati (“Dead Poets Society”, N.H. Kleinbaum)

11 Oktober 2010   15:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:31 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“ ... Aku ingin hidup penuh makna dan mengisap semua sumsum kehidupan. Untuk mengusir semua yang tidak hidup, jika tidak, jika mati aku tahu bahwa aku tidak pernah hidup.”

Apa yang terbersit dalam benak Anda saat membaca puisi di atas? Dan pernahkah Anda bertanya pada hati jika ternyata selama kita hidup, tak ada sesuatu pun yang bermakna hingga kehidupan kita sirna? Dahsyat. Setidaknya itu yang pertama kali muncul dalam benak saya ketika membaca ungkapan bijak tersebut. Penggalan puisi karya Henry David Thorea di atas banyak menyiratkan sesuatu yang mendalam tentang kehidupan dan memberikan inspirasi untuk menjalaninya. Keinginan untuk hidup dengan bebas dan tidak terkungkung dalam suatu “kotak” yang membelenggu. Daripada hidup terbelenggu lebih baik, pergi meninggalkan dunia selama-lamanya.

Apa artinya hidup jika kita tidak pernah merasakan ‘hidup itu apa?’

Pernahkah Anda mendengar cerita tentang  seekor belalang yang telah lama terkurung dalam sebuah kotak? Suatu hari belalang tersebut akhirnya bisa keluar dari dalam kotak dan dengan gembira melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan ia bertemu dengan belalang lain. Namun, ia terkejut kenapa belalang lain yang tidak hidup dalam kotak loncatan bisa lebih tinggi dan lebih jauh ketimbang dirinya. Saat itulah ia tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Tak heran. Jika puisi memang genre dari karya sastra imajinatif sangatlah kental dengan nuansa romantis, kehidupan, keindahan, dan ungkapan jiwa. Dalam puisi, hakikat kehidupan dan keindahan menyatu padu dan saling membelit. Puisi bukan hanya sekadar ungkapan jiwa dan perasaan, tapi seluruh sumsum kehidupan yang mengakar kuat di dalamnya.

Berminat menjadi penyair? Paling tidak, untuk menjadi seorang penyair harus mempunyai daya empati yang dahsyat. Penyair menyadari akan eksistensi kehadirannya di dunia sebagai seorang pribadi yang mengalami kehidupan jasmani dan rohani, mempunyai sikap moral yang membedakannya dengan makhluk lain. Ia pun mempunyai kepekaan terhadap rangsangan sekitarnya dan mampu menerjemahkan kembali kesan yang dialaminya dan rangsangan-rangsangan yang diterima dan diekspresikan melalui proses pemilihan kata-kata yang tepat, warna bunyi yang sesuai dengan suasana. Bagi penyair, bahasa ataupun kata-kata merupakan alat yang paling komunikatif baginya untuk menggoreskan getaran pikiran dan gejolak perasaannya.

Tahukah Anda dengan film Dead Poets Society? Nah, N.H. Kleinbaum mencoba menulis kembali film tersebut ke dalam  bentuk novel dengan sangat hati-hati. Tidak ada suatu peristiwa yang ada dalam film luput dari pengamatannya. Malah dalam novelnya ini pemaparan peristiwa, situasi, karakter tokoh, dan tokoh-tokoh yang ada terasa lebih lengkap. Eksplorasi imajinasi penulis dalam novel sangat besar sehingga cerita yang terdapat dalam novel terasa lebih kental dan detail. Kita terkadang suka membandingkan alur cerita dalam suatu novel yang kemudian di angkat dalam layar lebar atau sebaliknya, sebagian besar lebih menyukai alur cerita dalam novel karena terasa lebih padat dan mengasyikkan.

Masuknya kembali siswa-siswa sekolah Akademi Welton setelah merasakan liburan musim panas yang panjang merupakan awal dari cerita. Akademi ini memang dikhususkan untuk siswa laki-laki lengkap dengan asramanya yang terletak di salah satu sudut kota di negara Amerika Serikat. Adalah Neil Perry, Charles Dalton, Knox Overstreet, Todd Anderson calon siswa-siswa teladan dari akademi ini.

Tradisi, kehormatan, disiplin, dan kesempurnaan, beberapa semboyan akademi ini yang patut di taati oleh siswanya. Sebenarnya hal ini menjadi sesuatu yang membosankan bagi Neil, Dalton, Meeks, Knox, dan yang lainnya ketika tinggal di sekolah ini. Sesuatu yang dianggap hanya sebuah klise dari “muka” sekolah yang ingin menjadi terbaik di mata masyarakat sekitar. Mereka ingin memberontak, tapi tidak bisa. Karena harus memperhitungkan resiko keluar dari sekolah dan perasaan orang tua yang ingin anaknya sukses di akademi ini. Mereka pendam hal itu sampai saatnya nanti. Sampai saatnya, John Keating, guru bahasa Inggris baru lulusan Welton beberapa tahun sebelumnya menggantikan Tuan Portius yang telah pensiun, yang akan membawa pembebasan pemikiran para siswa tadi yang telah lama terpenjara. Keating seakan membawa pembaharuan dalam hal mengajar, di saat para guru lain yang mengajar secara “klasik” berceloteh dengan teori dan memberikan tugas yang begitu menumpuk. Strategi mengajar Keating yang begitu unik, membuat beberapa kesan pertama bagi beberapa siswa Welton merasa aneh dan menakutkan.

Oh Capten, My Capten

Itulah cara perkenalan unik yang dilakukan oleh Keating. Judul puisi karya Walt Whitman yang ditujukan sebagai penghormatan kepada Abraham Lincon. Suatu sentuhan pertama yang dicoba untuk mengajarkan tentang puisi. Keating  yang sangat menentang teori mengenai puisi, sampai menyuruh siswa merobek buku teori yang ada walaupun teori tersebut yang berasal dari seorang profesor. “Omong kosong itu semua”, ujar Keating dalam menentang teori puisi tersebut. “Ini adalah peperangan teman-teman, korbannya mungkin hati dan jiwamu. Pasukan akademisi maju menyerang, mengukur puisi. Kita tidak bisa menerima itu.”  sambung Keating sambil membawa kotak sampah berkeliling di kelas dan menyuruh membuang robekan tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun