Namun sangat disayangkan, kekuatan ruh puisi karya Henry David Thorea malah menjebak tokoh Neil Perry ke dalam alam pemikiran yang buntu. Bunuh diri adalah jalan terbaik untuk mengakhiri hidup agar terbebas dari keterikatan dan ketertindasan idealismenya. Hal ini justru berbanding terbalik dengan kekuatan ruh puisi yang hakiki, artinya dapat memberikan kontribusi yang besar berupa semangat untuk menjalani kehidupan, bukan untuk mengakhirinya.
Berbeda halnya dengan para pejuang dulu, puisi yang menyeret mereka untuk mempertahankan hidup mampu mengalahkan penjajahan kepada pintu gerbang kemerdekaan. Tidak membiarkan dirinya mati begitu saja. Karena dengan cara itulah, kita dapat menghirup semua sumsum kehidupan dan menghisapnya. Yang harus dibunuh bukanlah berupa materi, namun pola pemikiran yang salah dalam mengartikan kehidupan.
Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar pernah mengalami hal yang sama dengan cerita di atas. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman, tradisi, dan kebiasaan bisa membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita. Tahukah, bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dengan seutas tali yang terikat pada sebilah pancang kecil. Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kakinya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi hanya seutas tali kecil. Sebagai manusia kita berkemampuan untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Bukankah demikian?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI