Mohon tunggu...
Adriana Viola
Adriana Viola Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Umat, Bangsa, dan Yang Terkotak-kotak

23 April 2017   21:03 Diperbarui: 24 April 2017   06:00 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada apa gerangan

Hingga di masa kita kini

Manusia berargumen panjang

berdebat tanpa batas;

Untuk apa,

sebenarnya?

 

Untuk meyakinkan orang lain

ikut memercayai pendapatnya

ialah fitrah manusia;

Namun haruskah silang pendapat itu ada

Hingga ia memecah belah umat

memecah belah bangsa.

 

Katanya

pendapat-pendapat itu diudarakan

semata agar bangsa ini maju

umat ini bersatu

Tapi ketika tiba hasilnya

mengapa satu sama lain

saling sikut dan menjatuhkan?

 

Yang satu berujar

"Syukur umat kami lah jawabannya"

Yang lain berujar

"Mau dibawa ke mana masa depan bangsa?"

Bukankah persatuan

tidak akan ada

bila dimulai pengkotak-kotakan

"kami" dan "mereka"

"kita" dan "kalian",

dan bukankah

masa depan bangsa

tidak akan ada

bila pemangku jabatan

tidak didukung sebagian rakyatnya?

 

Kemenangan kali ini

tidakkah sebaiknya

tidak diperlakukan

sebagai kemenangan sekelompok orang saja

Tetapi juga

kemenangan bangsa

yang boleh jadi sempat berbeda pendapat

Tapi perbedaan pendapat itu

semata ada karena

bangsa ini berkeinginan

untuk maju dan berkembang.

 

Tidakkah demikian?

-------------------------

Bukan soal mendukung siapa dan mengapa, tapi soal mendukung yang terbaik bagi bangsa.

Menurut saya, mengkotak-kotakkan diri dan saling menjatuhkan ketika telah tiba hasilnya bukan jawaban bagi kebaikan bangsa ataupun persatuan umat.

Benarkah demikian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun