Sebagai pendidik tentu saya paham bahwa kegiatan-kegiatan perlombaan atau pertandingan yang dilakukan di dalam sekolah/antar sekolah atau bahkan oleh lembaga-lembaga formal dan non formal merupakan ajang latihan dan menimba pengalaman bagi peserta didik untuk mengasah sikap sportifitas dalam diri mereka. Akan tetapi peristiwa Kanjuruhan semakin membuka mata saya bahwa latihan-latihan sportifitas sejak dini ternyata bukan hal yang bisa dipandang sebelah mata.
Dari pengalaman berkali-kali mendampingi peserta didik mengikuti perlombaan (akademik dan non akademik) saya juga dapat melihat bagaimana perbedaan sikap antara peserta didik yang telah sering ikut lomba dan masih pemula. Siswa yang telah terbiasa mengikuti lomba, saat mengalami kegagalan, cenderung lebih dapat bersikap santai dan rileks menerima kekalahan. Bahkan tak jarang muncul kalimat mengakui kehebatan peserta lain.
Kelak, mungkin saja tak semua peserta didik yang telah punya kebiasaan berlomba saat dibangku sekolah juga akan menjadi pemain atau peserta lomba dimasa dewasa. Tetapi sekalipun mereka nantinya hanya duduk dibangku penonton sebagai suporter, saya optimis mereka akan menjadi suporter yang sportif. Karena sejatinya, sebuah tim akan menjadi cantik, elegan dan berkelas tidak hanya karena pemainnya sportif tetapi suporter atau pendukungnya juga memiliki sikap yang sama.
Semoga semakin tumbuh dan berkembang sportifitas masyarakat Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H