Terbatasnya jumlah PDBK yang diterima dikarena berbagai kendala yang masih dihadapi oleh sekolah, salah satunya karena masih kurangnya tenaga guru pendamping khusus.
Pada Sabtu tanggal 30 Juli 2022 SD Xaverius 1 Bandarlampung mengundang orang tua PDBK untuk melakukan sosialisasi tentang program layanan kelas inklusif. Y Kurniawan Sutrisna, S.Pd. Gr. selaku kepala SD Xaverius 1 Bandarlampung dalam pengantarnya menjelasakan bahwa setiap Peserta Didik Berkebutuhan Khusus akan mendapatkan Sistem Layanan Pembelajaran yang melalui tiga tahap.
 Tahap pertama  adalah Identifikasi dan Asessment untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan PDBK, tahap kedua adalah Planing Matrix yaitu rencana program pendampingan pembelajaran bagi PDBK dan tahap ketiga yaitu Adaptasi Kurikulum.Â
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa kurikulum yang digunakan dalam kelas inklusif adalah kurikulum adaptif yaitu kurikulum regular yang sudah dimodifikasi/diadaptasi sesuai dengan kebutuhan setiap PDBK.
Sr. Gemma, HK selaku Direktur Inklusi Yayasan Lembaga Miryam, yayasan yang menaungi SD Xaverius 1 Bandarlampung, mengatakan bahwa orang tua tak perlu merasa malu memiliki ABK karena mereka tak hanya memiliki kelemahan tetapi juga memiliki kekuatan-kekuatan yang perlu dikembangkan dan mereka juga memiliki masa depan.Â
Orang tua perlu menjalin kerjasama dengan sekolah untuk memberikan perhatian dan pendampingan kepada ABK sesuai kebutuhannya sehingga kelak mereka dapat menjadi pribadi mandiri yang berdiri di atas kaki sendiri.Â
Dalam penjelasan teknis program kelas inklusif, Sr. Gemma, HK juga menyebutkan bahwa setiap PDBK akan menerima pendampingan secara klasikal oleh guru kelas, juga pendampingan pembelajaran individual oleh guru pendamping khusus.
Acara pertemuan tersebut juga mempertemukan setiap orang tua PDBK dengan Guru Pendamping Khusus (GPK) masing-masing secara personal.Â
Sesi ini diisi dengan sharing dan konsultasi antara orang tua dan GPK. Melalui pertemuan ini diharapkan terjalin komunikasi dan tukar informasi serta pembagian peran yang perlu dilakukan oleh guru kelas dan guru pendamping khusus di sekolah serta orang tua di rumah.
Kita patut bersyukur karena tidak hanya masyarakat yang kini semakin terbuka dan turut memberi perhatian bagi ABK.Â