Belasan jemaah umroh harus menelan kekecewaan pahit akibat ulah PT Baginda Support System yang terus menunda keberangkatan mereka ke Tanah Suci. Awalnya, para jemaah dijanjikan akan berangkat pada Agustus 2024. Namun, kenyataan berkata lain. Janji demi janji kosong terus diulur oleh pihak travel, dengan lima kali penundaan, mulai dari 4, 16, hingga 19 September. Hingga kini, kepastian keberangkatan masih belum ada.
Para jemaah, yang sebagian besar adalah lansia, dipindahkan ke Asrama Haji dengan janji akan menerima kompensasi sebesar Rp 1 juta per hari penundaan. Namun, janji tersebut tak lebih dari sekadar kata-kata manis yang belum pernah terealisasi. Harapan untuk segera berangkat justru hancur ketika waktu terus berlalu tanpa ada tindakan nyata dari PT Baginda Support System.
Pada akhirnya, para jemaah diberangkatkan menuju Jakarta dengan harapan akan segera diterbangkan ke Tanah Suci. Namun, setibanya di Jakarta pada 23 September, mereka kembali dibuat kecewa. Alih-alih diterbangkan untuk menjalani ibadah umroh, mereka justru diajak berziarah ke makam seorang tokoh. Perjalanan yang seharusnya suci ini berubah menjadi mimpi buruk yang semakin membuat para jemaah merasa dipermainkan.
Tak hanya itu, mereka kembali diinapkan selama empat hari di Jakarta tanpa kejelasan tentang kapan mereka akan berangkat. Hingga 26 September, nasib mereka masih menggantung, tanpa kepastian kapan akan diterbangkan ke Tanah Suci. Kelelahan fisik mulai dirasakan, namun yang lebih membebani adalah kelelahan mental dan spiritual akibat ketidakpastian yang terus berlangsung.
Kasus ini menyingkap kurangnya tanggung jawab PT Baginda Support System sebagai biro perjalanan umroh yang seharusnya mengutamakan kepentingan jemaah. Janji kosong yang berulang kali diberikan semakin menghancurkan harapan para jemaah. Mereka yang datang dengan niat baik untuk beribadah justru terjebak dalam lingkaran ketidakpastian yang melelahkan.
Salah satu jemaah menyatakan kekecewaannya, "Kami sudah sangat lelah, bukan hanya fisik, tapi juga mental. Kami hanya ingin melaksanakan ibadah umroh, tapi yang kami dapatkan hanyalah penundaan demi penundaan tanpa kejelasan." Banyak dari mereka mulai merasa putus asa, karena perjalanan suci yang selama ini diimpikan justru berubah menjadi mimpi buruk.
Kasus ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai integritas dan profesionalisme PT Baginda Support System. Penundaan berulang dan minimnya transparansi hanya menambah beban bagi para jemaah yang telah mempercayakan uang, waktu, dan niat ibadah mereka kepada pihak travel. Harapan besar untuk menjalani perjalanan spiritual kini terkubur oleh janji-janji kosong.
Tindakan PT Baginda Support System ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan otoritas terkait. Penundaan tanpa kepastian, selain menguras fisik dan mental, juga berdampak besar secara finansial bagi para jemaah. Pengawasan yang lebih ketat terhadap agen perjalanan umroh sangat diperlukan agar kejadian serupa tidak terulang lagi di masa depan.
Kasus ini menjadi pengingat bagi seluruh jemaah umroh di Indonesia untuk lebih berhati-hati dalam memilih biro perjalanan. Keadilan dan tanggung jawab dari pihak travel harus ditegakkan, agar tidak ada lagi yang terjebak dalam situasi penuh kekecewaan seperti ini.