Mohon tunggu...
ADRIANA
ADRIANA Mohon Tunggu... Guru - Mengucap syukur dalam segala, Bersukacita setiap waktu.

Menikmati setiap detik kehidupan yang Tuhan berikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Guru Kehidupanku

20 November 2020   09:25 Diperbarui: 20 November 2020   12:33 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu memang tidak pernah mengajarkan kami makan, tapi ibu mengajarkan kami untuk MENCARI MAKAN atau BERANI MAKAN. Pernah suatu  ketika ibu guru harus mendampingi bapak sekolah yang sedang opname di rumah sakit. Kami ditinggal di rumah sendiri. tidak banyak makanan yang tersaji di meja, karena kami sudah memakan semua apa yang sudah disiapkan ibu guru. Dan ketika perut kosong kami ingin makan kami merasa makanan yang disiapkan tidak ukup buat kami bertiga. maka kami memuuskan untuk memasak bahan makanan yang ada. kami tidak tahu cara mengolah daging ayam yang sudah terpotong-potong itu. kami ambil bumbu dapur  yang biasa digunakan ibu guru untuk membuat bumbu masakan, Kami tidak tahu jenis masakan apa yang kami buat. kmi hanya mengambil semua bumbu yang ada, mengupas, menghaluskan dan kemudian menumisnya. Ini perngalaman pertama kami terutama aku sebagai murid tertua.

Akhrnya masakan pertamaku matang bertepatan dengan kedatangan ibu guru di rumah. Ibu guru kaget ketika makanan yang seharusnya diolahnya sudah terhidang di meja makan. Hal yang aku ingat adaah ibu guru menanyaakan kan jenis masakan yang aku buat. Aku tidak bisa menjawab, karena aku memang tidak tahu apa yang aku buat. Aku hanya menyebutkan bumbu-bumbu dapur yang aku gunakan. Ibu guru hanya tersenyum dan kemudian menyilahkan kami semua  untuk berkumpul di meja makan dan makan bersama.

Ibu menyuruh kami semua menikmati makanan yang aku buat. Kami makan bersama. Tidak ada komen yang cukup berarti selama kami makan. tapi ketika kami selelsai makan, ibu mengatakan bahwa apa yang aku buat enak dan ibu memberi tahu bahwa yang aku buat adalah kare ayam. Aku merasa kaget sekali, rupanya ada juga judul masakan jadi-jadian yang aku buat.  Hal yang disampaikan ibu adalah, "jika mau makan harus bekerja, tanpa bekerja kalian tidak bisa makan. Jangan mengandalkan ibu terus, tidak selamanya kalian bersama ibu."  kejadian itu yang membuat aku akhirnya paling jago memasak di antara ketiga murid ibu guru.  Yaaayyy!!!

Ibu guru memang tidak pernah membuat kami belajar. Tapi ibu guruku membuat kami BERANI belajar dan SUKA belajar.  Ketika Ibu guru menghadiahiku sebuah sepeda, aku sangat bersemangat sekali. Suatu ketika, aku terjatuh dari sepeda, akibatnya aku mendapatkan banyak luka di kakiku. Sejak saat itu aku malas untuk bersepeda.

Suatu ketika, ibu guru memghadiahiku sebuah sepeda motor, beliau tahu aku malas bersepeda sejak kejdian aku mendapat luka yang cukup banyak akibat terjatuh dari sepeda. Pesan bu guru cukup singkat. "mau BELAJAR atau TIDAK" Ketika sepeda motor itu sesudah ada di halaman rumah, ibu guru mengatakan demikian mungkin karena melihat reaksiku biasa-biasa saja, padahal dalam hatiku aku mengatakan "Woooww ini keren!!" Akhirnya aku memutuskan untuk mencoba bersepeda motor, dan terbukti lagi, berkali-kali aku mengalami keelakaan karena bersepeda motor.

Sekali lagi ibu guru mengatakan "ini namanya belajar, jatuh soal biasa. tapi bangkit lagi dan me mencoba kembali itu baru luar biasa. Akhirnya aku terbiasa dengan apa yang aku alami hingga sekarang. Perjalanan hidup tidak selalu mulus, mendapat luka itu biasa, tapi harus optimis untuk menjadi sembuh dan kembali berkarya. Terima kasih bu guru. kau slalu ada di hati ku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun