Mohon tunggu...
ADRIANA
ADRIANA Mohon Tunggu... Guru - Mengucap syukur dalam segala, Bersukacita setiap waktu.

Menikmati setiap detik kehidupan yang Tuhan berikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Guru Kehidupanku

20 November 2020   09:25 Diperbarui: 20 November 2020   12:33 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru yang pertama kali aku kenal dalam sekolah yang bernama KEHIDUPAN  adalah seorang perempuan yang cukup tegas dalam memberikan materi-materi kehidupan, lebih tegas dari kepala sekolahnya aku kira.  Aku memanggilnya ibu. Sepertinya guruku ini sangat paham akan standard kompetensi apa yang akan dikembangkan untuk anak didiknya.  Keunikkan guru yang mengajarku ini adalah sikap demokratisnya yang luar biasa. Voting adalah hal yang biasa dia lakukan untuk mengambil keputusan.

Dalam semua pernyataan yang kami ucapkan atau tindakan yang kami lakukan harus disertai sebuah alasan. Dan satu lagi yang sering dia ucapkan dalam di sela-sela dia mengajar yaitu "Ya katakan ya, Tidak katakan tidak" Jika  kami  memberikan jawaban YA, kami harus memberikan  alasan kami mengapa kami menjawab ya, jika kami memberikan  jawaban tidak, kami pun harus memberikan   alasan mengapa kami memberikan jawaban  tidak. Tidak ada di kamus guruku kata "terserah". Jika ada, ini pasti tidak ditanggapi, dan dianggap angin lalu saja. Nah, permintaan untuk menyertakan alasan ini, sering membuat kami  bingung jika kami ingin bicara dengan ibu.

Buat kami,  untuk  berbicara itu gampang, tinggal menyampaikan saja. tapi yang bikin kami bingung adalah memberikan alasan dan meyakinkan kepala sekolah dan ibu guru.  Murid guruku tiga orang, jika kami  ingin menyampaikan sesuatu, kami  bisa membutuhkan banyak waktu untuk mencari alasan tentang apa yang akan kami sampaikan.

Setelah kami  merasa sudah menemukan alasan yang tepat, barulah kami menyampaikan uneg-uneg kami kepada ibu guru dan bapak kepala sekolah. Dan taraaaa...!! Hasilnya selalu menggembirakan meski dalam prosesnya membuat kami cukup deg-degan. Pola mengajar ibu guru kami ini ini akhirnya terbukti ampuh, untuk membentuk kami menjadi pribadi yang berpikir dulu sebelum bertindak.

Apa yang diajarkan ibu guru kami didukung sepenuhnya oleh bapak kepala sekolah. terkadang kami protes kepada bapak kepala sekolah, tentang apa yang dilakukan ibu guru kepada kami.

Tapi, bapak kepala sekolah dengan tenang dan meyakinkan kami bahwa apa yang dilalukan ibu guru adalah baik buat kami. Keika kami mendengar penjelasan dari bapak kepala sekolah mengenai ibu guru kami, kami kompak menjawab bahwa bapak kepala sekolah terlalu mencintai ibu guru, sehingga tidak bisa menegur ibu guru. Rupanya ibu guru kami mendengar pembicaraan kami, dan memberikan penjelasan kepada kami jika kami pun juga harus mencari laki-laki yang benar-benar mencintai diri kami seperi apa yang dilakukan bapak kepala sekolah kepada ibu guru kami.

Wah, rupanya itu membekas di hati kami sebagai murid-muridnya. Terus terang kami mencari sosok bapak kepala sekolah dalam pencarian pasangan hidup kami. Dan kami selalu mengatakan bahwa ibu guru adalah perempuan paling beruntung karena menemukan bapak kepala sekolah. Hanya dialah yang dimiliki bapak kepala sekolah. Itu termasuk salah satu contoh materi pelajaran yang disampaikan ibu guru kepada kami. 

Dan masih banyak materi pelajaran yang diberikan yang menurutku agak aneh, Guruku ini tidak pernah mengajarkan kami untuk berjalan, berbicara, makan atau mendampingi kami belajar. Tapi ibu guru mengajarkan kami untuk BERANI BERJALAN, BERANI BERBICARA, BERANI MAKAN dan BERANI  dan SUKA BELAJAR. Menurut ibu guru meski tidak diajarkan untuk berjalan, jika waktunya kami berjalan dan melangkahkan kaki, kami pasti bisa berjalan, karena kami memang punya kemampuan untuk berjalan. Tapi yang ibu guru lakukan adalah membuat kami BERANI BERJALAN untuk keluar menjadi pribadi yang mandiri untuk meraih masa depan.

Ibu tidak bisa menuntun sepanjang hidupnya mendampingi kami, suatu saat kami akan dibiarkan berjalan sendiri tanpa ibu di sisi kami. Itu yang sering dia ucapkan ketika mengajar.  Oleh sebab itu dari awal Ibu selalu mengatakan tidak akan pernah menuntun kami untuk berjalan, tapi untuk berani berjalan kemana saja kami melangkah sesuai perjalanan hidup kami masing-masing dan ibu hanya menyampaikan doa meminta kepada Tuhan untuk menyertai perjalanan hidup kami. Itu yang sering kami lihat hingga kini, Ibu tidak pernah lupa utuk menyebutkan nama murid-muridnya dalam setiap doa yang dia ucapkan .

Ibu memang tidak pernah mengajarkan kami untuk berbicara, ibu berpendapat bahwa jika waktunya untuk berbicara, kami akan berbicara sendiri, namun ibu mengajarkan kepada kami untuk berani berbicara mengungkapkan apa yang kami rasakan, kami dengar, kami pikirkan kepada orang-orang di sekitar kami. 

Ibu mengajarkan kepada kami untuk berkomunikasi yang baik kepada orang lain. Bicara tidak asal bicara. Bicara untuk menyampaikan hal yang baik,  jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak. selebihnya adalah perbuatan si jahat.  Itu yang selalu diajarkan ibu kepada kami. Apa yang diajarkan ibu kepada kami, terbawa hingga kini ketika aku bekerja dan menjadi seorang pribadi yang mandiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun