Lalu juga ketika berkunjung ke sana saya masih mellihat ada kabel dan lampu penerangan yang ditempelkan atau dikaitkan ke jembatan, namun posisinya tidak teratur di beberapa titik dan mencuat, berpotensi mencelakakan pengunjung yang lalu lalang seperti tersandung atau tersetrum aliran listrik.
Hal lain yang perlu menjadi pertimbangan pengelola adalah SOP (Standard Operational Procedure) ketika terjadi hujan lebat. Ketika pulang dari Kawah Rengganis menuju tempat pemberhentian awal kami terkendala hujan lebat, parahnya adalah lalu lalang orang tidak diperkenankan untuk lewat karena faktor keselamatan, namun penumpukan pengunjung yang berteduh di tempat mengantre tidak diantisipasi oleh pengelola sehingga menumpuk.Â
Lebih parah lagi petugas tidak tegas dan terkesan tidak memiliki SOP yang jelas karena ada beberapa pengunjung yang memaksa pulang melewati jembatan menerobos hujan deras, parahnya petugas seakan tak berdaya untuk menghalangi pengunjung tersebut. Pengelola harusnya punya SOP yang jelas dan sistem yang benar-benar memperhatikan keselamatan pengunjung.
Keberadaan toilet di kawasan air panas Rengganis yang sangat minim juga sempat merepotkan saya dan istri karena anak kami begitu sulitnya menemukan toilet yang layak dan bersih.Â
Meski kami lihat memang sudah ada pembangunan fasilitas termasuk toilet di pintu masuk Rengganis, namun posisinya cukup jauh dari lokasi air panas. Mestinya toilet disediakan juga di tempat yang mudah dijangkau pengunjung dari objek wisata utama.
Demikianlah cerita singkat kami berkunjung ke Jembatan Gantung Rengganis yang konon terpanjang di Asia Tenggara. Semoga dapat menjadi referensi bagi kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H