Manajemen Risiko Keuangan
High rik, high return. Begitulah istilah orang-orang di dunia keuangan khususunya investasi mengatakannya. Semakin tinggi risiko, semakin besar juga keuntungan yang didapatkan, namun jika benar mengelolanya.
Tidak ada satupun hal dalam dunia keuangan yang tidak memiliki risiko. Menyimpang uang di rumah, berisiko dicuri. Menyimpan uang di bank, berisiko bank bangkrut dan ditipu petugas banknya.Â
Investasi di pasar saham berisiko sahamnya berguguran bahkan boncos. Investasi tanah dan bangunan, berisiko diserobot mafia tanah. Berbisnis bersama teman, berpotensi rugi.
Semua hal memiliki risiko, namun risiko dapat dimitigasi dan diukur bahkan di diversifikasi, begitupun dengan keuntungan yang didapatkan, semakin kita pintar mengukur risiko semakin besar juga kita dapat mendapatkan keuntungan.
Seorang yang belum pernah berbelanja sayur di sebuah pasar pasti akan berbeda dengan ibu-ibu yang hamper setiap hari atau setiap minggu berbelanaja ke pasar. Seorang yang baru ke pasar dia tidak tahu untuk membeli seikat sayur kangkung harga yang wajar dan murah berapa, harga 20 ribu rupiah mungkin dia anggap wajar dan mungkin murah dan dia berpotensi ditipu pedagang yang tidak jujur atau oportunis, berbeda jauh dengan ibu-ibu yang sudah sering ke pasar dia tahun harga wajar seikat kangkung ternyata hanya 8 ribu rupiah, bahkan di penjual tertentu yang menjadi langganannya bisa dia dapatkan harga 6 ribu rupiah saja per ikatnya.
Dari ilustrasi tadi penilaian dan pengukuran risiko serta mitigasinya dapat semakin meningkat seiring dengan jam terbang itupun dilandaskan pada informasi dan data yang tepat bukan hanya spekulatif dan hanya kepentingan sesaat.
Dalam kasus miliarder dadakan Tuban tadi kita melihat bahwa mereka hanya menuruti nafsu sesaatnya saja untuk gagah-gagahan membeli mobil edisi terbaru seharga ratusan juta rupiah tanpa peduli kebermanfaatan utama dari mobil tersebut.Â
Belum lagi melihat tindakan konsumtif-konsumtif lainnya yang berpotensi dimanfaatkan pihak-pihak tidak bertanggungjawab. Para penjual mobil tentu senang dengan iming-iming ini dan itu serta rayuan lainnya sehingga para warga berlomba membeli mobil-mobil edisi terbaru padahal mereka sendiri belum bisa menyetir mobil.