Inilah ketiga alasannya.
Pertama, Jepang Sangat Berpengalaman Sebagai Tuan Rumah Acara Internasional
Jepang tampaknya sudah kawakan dan banyak makan asam garam sebagai tuan rumah perhelatan internasional dan berskala besar.
Sebut saja untuk olimpiade mereka sudah dua kali menjadi tuan rumah, belum lagi piala dunia pertama di kawasan asia bersama Korea Selatan pada 2002.
Tak lupa juga jika kita mengingat kalender pariwisatanya yang masyhur dan didatangi berjuta-juta pelancong dari seluruh dunia semisal Festival Matsuri dan Festival Salju di Sapporo, tak ketinggalan sederet acara diplomatik tingkat dunia dan juga berbagai acara cabang lomba yang juga kelas dunia sangat sering diselenggarakan di Jepang.
Jadi sudah tidak diragukan lagi ketika mencalonkan diri dan terpilih Jepang akan sangat seksama dan bertanggung jawab menyiapkan seluruh rangkaian acara hingga selesai.
Mereka tidak akan main-main mempersiapkan dirinya untuk menyambut para tamunya. Terlihat bagaimana ketika mereka membuat berbagai prosedur dan juga kesiapan khusus untuk menyambut para atlet dari seluruh dunia dalam perhelatan akbar ini.
Masa karantina den penyiapan khusus kota-kota penampung karantina para atlet dibuat sedemikian rupa sehingga atlet tidak merasa terkejut ketika sampai di Jepang sekaligus bisa merasakan keramahan masyarakat sekitar.
Meski ada kasus positif di desa atlet di Jepang ketika perhelatan di mulai, Jepang sangat sigap menyiapkan fasilitas kesehatan dan juga prosedur isolasi para atlet yang dinyatakan positif