Setelah 1,5 tahun pandemi melanda dengan korban jutaan jiwa, ternyata tidak berhasil meyakinkan sebagian orang untuk sekadar meyakini bahwa virus ini ada di sekitar kita.
Bahkan, narasi-narasi yang menyesatkan pun datang dari kalangan yang mengakunya terdidik dan memiliki latar belakanga kesehatan semisal dokter dan apoteker ataupun petugas kesehatan lainnya.
Dua cerita yaitu kesaksian dr Louis serta seorang ibu-ibu yang bekerja di sebuah apotek yang viral akhir-akhir ini di media masa karena salah satunya meragukan tentang keberadaan virus covid-19 beserta hipotesisnya yang mbalelo menyatakan bahwa orang-orang meninggal karena interaksi obat yang diberikan kepada penderita covid-19 sedangkan petugas apoteker tadi menyatakan vaksinasi jutru membuat orang-orang menjadi positif covid-19.
Kesamaan dari kedua kesaksian tadi adalah tanpa disandarkan oleh bukti ilmiah dan juga sumber yang sahih. Mereka berdua layaknya seperti meracau dan memperkeruh suasana di tengah kemelut perjuangan para tenaga kesehatan lainnya di lapangan.
Paling mengkhawatirkan kesaksian kedua orang dari latar belakang kesehatan tadi justru banyak disebarluaskan disetujui para covidiots ataupun sejumlah pengagum terori konspirasi tak berdasar dan semakin menyesatkan publik.
Hal ini juga terjadi di grup percakapan kompleks dan keluarga saya dimana beberapa oknum di kompleks dan keluarga termasuk mereka yang bergelar tetua kompleks dan keluarga serta pemuka agama masih saja menyebarkan berita hoax dyang sangat jauh dari kebenaran dan bukti-bukti yang sahih meski fakta di lapangan sudah 4 keluarga dan 1 marbot masjid yang positif dan menjalani isolasi mandiri, belum lagi sejumlah warga desa sekitar yang meregang nyawa karena virus ini.
Selama lebih dari satu tahun jujur saya sebenarnya sudah mulai jengah juga untuk mencoba meng-counter berbagai informasi, tapi seiring berjalannya waktu saya menemukan beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan untuk menangkal berbagai misinformasi yang bersliweran di grup percakapan.
Saya rangkum 4 kiat di antaranya.
Pertama, Jangan Terpancing Untuk Berkomentar Keras, Sanggah dengan Sopan