Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dari Koleksi Buku hingga Mendirikan Pojok Baca

5 Mei 2021   22:45 Diperbarui: 5 Mei 2021   22:47 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Galeri Baca Ranau (GABARA). Sumber: dokumentasi rekan di GABARA

Pojok Baca Muaradua (POBAMA). Sumber: dokumentasi pribadi
Pojok Baca Muaradua (POBAMA). Sumber: dokumentasi pribadi

Jika boleh jujur saya bukanlah seorang pengoleksi barang-barang tertentu yang bernilai mahal ataupun unik. Saya pun awalnya tidak memiliki niatan untuk mengumpulkan barang-barang tertentu sebagai sebuah rangkaian koleksi, namun entah karena kecintaan saya dengan buku dan ilmu pengetahuan secara tidak sadar koleksi buku saya pun semakin banyak.

Wah jika dihitung mungkin sudah ratusan atau ribuan buku yang pernah saya baca dan secara tidak sengaja dan sadar sudah tertumpuk di rumah, kosan ataupun di kampung halaman. Banyak juga dari buku-buku saya peroleh dari hadiah rekan, kenalan, ataupun pemberian keluarga.

Tak dinyana kecintaan saya terhadap buku tadi membawa saya mendirikan pojok baca di kampung halaman saya di Muaradua, OKU Selatan, Sumatra Selatan.

Pengoleksi Buku Serius

Buku A Promised Land oleh Barack Obama. Sumber: dokumentasi pribadi
Buku A Promised Land oleh Barack Obama. Sumber: dokumentasi pribadi

Jika sebagian besar orang lebih memilih buku fiksi dan buku yang bertemakan hiburan, anehnya saya justru lebih menyukai buku-buku "serius" dari berbagai macam ragam otobiografi, biografi, memoar, puisi, dan lain sebagainya.

Jika menelusuri ke masa lampau saya pikir kegemaran saya terhadap buku mungkin diturunkan oleh kakek saya. Saya masih mengingat beliau sangat menyukai membaca koran, serta menonton berita di TV bahkan masih mendengarkan siaran radio BBC selepas magrib dari kaca jendela di kampung halaman.

Bahkan masih segar di ingatan saya bagaimana buku-buku keagamaan dan juga buku-buku pengetahuan disusun rapi di rumah kakek saya. Sebelum ada google dan internet saya adalah penggemar fanatik dari koleksi Ensiklopedia Indonesia milik kakek saya yang tebal-tebal dengan warna biru tua dan lis warna merahnya.

Ensiklopedi Indonesia Terbitan 1968 Sumber: twitter @warungsejarahRI
Ensiklopedi Indonesia Terbitan 1968 Sumber: twitter @warungsejarahRI
Saya sungguh terkesan dengan semua informasi yang disajikan di dalam buku tersebut. Tinggal mencari abjad dari nama barang, tokoh, objek wisata, topik dan lain sebagainya kita akan langsung menemukan informasi yang bernas tentang topik tersebut disertai dengan ilustrasi gambar yang terkadang berwarna dan tak jarang hitam putih saja

Selepas kakek saya pensiun dan lebih memilih pulang kampung untuk berkebun dan bertani, beliau menjual rumahnya di Kota. Karena pulang kampung kakek mewariskan buku koleksi ensiklopedia Indonesia tadi ke saya dan ayah saya, dengan harapan buku tersebut tetap bermanfaat dan dapat dijaga.

Sungguh saya girang menerima "warisan" buku-buku tadi. Saya sering menghabiskan waktu membaca dan memandangi gambar-gambar di dalam buku-buku tersebut, kadang sampai berjam-jam.

Buku-buku tersebut bahkan masih saya pakai dan gunakan ketika saya kelas 4-6 SD bahkan SMP, seirng juga ketika pelajaran IPS atau IPA saya mencari informasi seperti trivia ataupun sejarah, informasi negara, istilah-istilah ilmiah, pengetahuan umum dan lain sebagainya di buku-buku tersebut. 

Beruntungnya hampir sebagian besar informasi bisa saya temukan di buku-buku tersebut meski edisi ensiklopedia itu bukanlah edisi yang terbaru, masih edisi 1986, lebih-lebih mengingat internet saat itu masih belum ada atau masih sangat jarang terutama di kota kecil di mana saya tinggal

Secara tidak sadar saya semakin haus akan ilmu dan pengetahuan, mulailah saya membeli buku-buku yang lumayan serius seperti RPAL, RPUL, Buku Pintar, biografi  berbagai ilmuwan dan tokoh dunia, bahkan Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk meluaskan perbendaharaan kata-kata saya ataupun tugas-tugas pelajaran Bahasa Indonesia.

Saya juga kerap membeli surat kabar lokal seperti Sumatera Ekspress serta majalah yang padat informasi dan penuh warna seperti Bobo atau Ina.

Semakin besar, kecintaan saya dengan buku-buku tidak memudar bahkan buku-buku tentang otobiografi dan biografi tokoh dunia semakin banyak saya baca dan pelajari.

Tak sampai di situ anak saya pun sekarang "tertular' untuk rajin membaca, bahkan koleksi buku-bukunya tidak kalah banyak dari saya sekarang

Namun, ketika buku-buku saya dan anak saya telah bertumpuk, saya akhirnya terpikirkan untuk membagi-bagikan buku-buku tersebut untuk dapat dibaca khalayak ramai, sembari mencari para donator yang memiliki kesamaan visi untuk menumbuhkembangkan budaya literasi di kampung halaman.

Akhirnya bersama rekan-rekan saya mendirikan pojok baca di kampung halaman saya di Muaradua, OKU Selatan, Sumatra Selatan yang kami beri nama Pojok Baca Muaradua (POBAMA).

Tidak hanya itu beberapa tahun ke belakang saya semakin gemar menulis, beberapa tulisan saya diterbitkan di beberapa surat kabar, bahkan memenangkan beberapa perlombaan dan pada tahun lalu saya pun mencoba menerbitkan buku sederhana menandai kecintaan saya terhadap dunia perbukuan dan literasi.

Mendirikan Pojok Baca

Pojok Baca Muaradua (POBAMA). Sumber: dokumentasi pribadi
Pojok Baca Muaradua (POBAMA). Sumber: dokumentasi pribadi

Pojok Baca Muaradua (POBAMA). Sumber: dokumentasi pribadi
Pojok Baca Muaradua (POBAMA). Sumber: dokumentasi pribadi

Berlatar karena kepedulian untuk memberikan akses literasi yang lebih berkeadilan di kampung halaman sekaligus berniat untuk meratakan tumpukan bukua yang mulai membuat sesak, akhirnya saya bersama rekan-rekan di kampung halaman mendirikan Pojok Baca Muaradua (POBAMA).

Di awal pendirian pojok baca ini, kami berfokus kepada penggelaran lapak baca di Taman Kota Muaradua, OKU Selatan setiap akhir pekan.

Ternyata Alhamdulillah disambut positif oleh para pengunjung taman kota yang sebagian besar anak-anak dan orang tuanya. Kami memang di awal pembukaan lebih banyak menampilkan buku-buku untuk anak-anak serta buku-buku memasak ataupun majalah keluarga untuk menyasar para pengunjung taman yang didominasi Ibu-ibu dan anak-anaknya.

Seiring waktu Pojok Baca kami semakin ramai akhirnya kegiatan pun kami buat semakin beragam, beberapa kali kamai membuat acara mewarnai gratis, lomba azan, lomba mewarnai, dan lain sebagainya. Bahkan di beberapa kesempatan kami bekerja sama dengan PKK Kabupaten OKU Selatan dan dinas-dinas terkait di Kabupaten OKU Selatan dalam penyelenggaraan berbagai macam kegiatan dan lomba.

Pojok Baca Muaradua (POBAMA). Sumber: dokumentasi pribadi
Pojok Baca Muaradua (POBAMA). Sumber: dokumentasi pribadi
POBAMA juga sudah terdaftar dalam jejaraing Taman Bacaan Masyarakat di bawah koordinasi Kemnterian Pendidikan dan Kebudayaan. karena sudah terdaftar itulah kami kerap mendapatkan bantuan buku-buku dari berbagai penerbit dan juga instansi pemerintah semisal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Bantuan dari Kemndikbud untuk POBAMA. Sumber: dokumentasi pribadi
Bantuan dari Kemndikbud untuk POBAMA. Sumber: dokumentasi pribadi
Setelah berkembang di Muaradua, kami pun melebarkan sayap ke beberapa kecamatan lainnya bersama beberapa pemuda lokal kami menginisiasi beberapa pojok baca lainnya seperti, Galeri Baca Ranau (GABARA), Taman Baca Mekakau Ilir (TABAMI), Taman Bacaan Padang Bindu (TAADU) dan perpustakaan di Rumah Tahanan (Rutan) Kota Muaradua.

Galeri Baca Ranau (GABARA). Sumber: dokumentasi rekan di GABARA
Galeri Baca Ranau (GABARA). Sumber: dokumentasi rekan di GABARA
Taman Baca Mekakau Ilir (TABAMI). Sumber: dokumentasi rekan di TABAMI
Taman Baca Mekakau Ilir (TABAMI). Sumber: dokumentasi rekan di TABAMI
Uniknya semua kegiatan tersebut saya kerjakan secara jarak jauh dibantu rekan-rekan saya di kampung halaman, meski ketika mudik ataupun ada kesempatan lainnya saya membantu turun ke lapangan. Ah apalah artinya saya tanpa rekan-rekan relawan dan para donatur.

Namun, ketika pandemi menyerang tahun lalu praktis aktivitas kami di beberapa pojok baca meski tertunda demi kebaikan bersama, tetapi gerakan sumbangan buku tetap kami tunaikan kepada beberapa pihak seperti sumbangan ke kantor kecamatan, Ikatan Remaja Masjid (IRMA) bahkan juga taman bacaan masyarakat lainnya.

Bantuan untuk IRMA OKU Selatan. Sumber: dokumentasi pribadi
Bantuan untuk IRMA OKU Selatan. Sumber: dokumentasi pribadi
Sungguh kami berharap pandemi segera selesai dan pojok baca kami segera dibuka seperti sedia kala.

Demikianlah sekelumit cerita saya yang secara tidak sadar menjadi kolektor buku-buku dan akhirnya mendirikan pojok baca di kampung halaman dan terlibat dalam berbagai agenda untuk membumikan budaya literasi di kampung halaman.

Semoga menjadi manfaat bagi kita semua.

Salam literasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun