Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir__________________________ Semua tulisan dalam platform ini adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

4 Konsep Ibadah yang Perlu Kita Ajarkan kepada Anak Selama Bulan Ramadan

2 Mei 2021   22:25 Diperbarui: 2 Mei 2021   22:38 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: dokumentasi pribadi

Ramadan tahun ini adalah Ramadan kedua bagi istri dan saya untuk mulai mengajarkan anak saya yang berumur yang masih balita tentang konsep berpuasa dan ibadah khas Ramadan lainnya. 

Kali kedua karena anak kami mulai mengerti konsep ibadah dan salat pada tahun lalu seiring dengan perkembangan kognitif serta kemampuan komunikasinya yang lebih aktif.

Meski di tengah pandemi dan di rumah saja tentu tidak menghalangi istri dan saya untuk mulai pelan-pelan mengenalkan anak kami dengan berbagai aktivitas rutin khas Ramadan dengan mencontohkannya langsung serta menyelipkan narasi singkat dengan bahasa sederhana dan berulang kepada anak kami.

Pastinya kami tidak ingin mengajarkannya dengan sikap memaksa dan keras mengingat umurnya yang masih balita, sehingga kami tidak ingin jikalau nanti belajar beribadah di bulan Ramadan justru menjadi trauma bagi anak kami.

Dari sekian banyak pelajaran tersebut berikut ulasan 4 pengajaran khas Ramadan yang istri dan saya mulai perkenalkan dan ajarkan kepada anak kami yang masih balita:

Pertama, Belajar Konsep Berpuasa

Ilustrasi. Sumber: dokumentasi pribadi
Ilustrasi. Sumber: dokumentasi pribadi

Menjelang Ramadan seperti tahun lalu, kami mulai menceritakan kepada anak kami bahwa bulan suci bagi umat muslim di seluruh dunia akan tiba, sehingga alangkah lebih baiknya kita menyambutnya dengan riang gembira, karena di bulan ini Allah memberikan pahala berlipat ganda serta ampunan selebar-lebarnya bagi mereka yang berpuasa.

Kami juga mengajak anak kami untuk ikut berbuka puasa dan sahur bersama. Ketika buka puasa, anak kami dengan riang gembira menunggu di dekat tempat makan, bahkan terkadang juga membantu saya dan ibunya menyiapkan menu berbuka semisal ketika membuat takjil dan menyiapkan tempat makanan. Untuk momen sahur memang masih menjadi tantangan, karena kami tidak membangunkan anak kami dengan sengaja untuk berpuasa, justru terkadang anak kami terbangun dini hari ketika kami menyiapkan sahur atau sedang makan sahur.

Kami juga mengatakan bahwa umat muslim yang sudah besar diwajibkan untuk berpuasa, karena itu adalah keharusan dan perintah dari Allah Swt. sehingga anak kami pun ketika besar harus berpuasa dan sedari kecil mulai belajar.

Kami menjelaskan dengan sederhana bahwa orang berpuasa dilarang untuk makan, minum, dan juga menahan hawa nafsu lainnya seperti marah, menggerutu, dan lain sebagainya.

Alhamdulillah pelan-pelan anak kami sudah mulai paham tentang konsep berpuasa termasuk sahur dan buka puasa.

Tentunya kami berharap ketika waktunya tiba, anak kami sudah siap untuk berpuasa tidak hanya sebagai penggugur kewajiban saja, tetapi juga memahami puasa sebagai waktu penempaan dan kontemplasi diri untuk lebih dapat menahan hawa nafsu dan peduli terhadap kepada sesama.

Kedua, Belajar Konsep Berbagi dengan Sesama

Ilustrasi. Sumber: dokumentasi pribadi
Ilustrasi. Sumber: dokumentasi pribadi

Salah satu esensi puasa sejatinya juga adalah mencoba merasakan bagaimana sebuah perjuangan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan ketika merasa haus dan lapar.

Di bulan ini juga kita sangat dianjurkan untuk berbagi dengan sesama sesuai dengan kapasitas kita. Hal ini juga yang ingin kami tanamkan ke anak-anak kami.

Beberapa kali kami membuat atau membeli takjil untuk dibagikan kepada satpam kompleks, atau juga orang-orang di pinggir jalan serta juga tetangga-tetangga kami. Meski sederhana membagikan makanan juga membuat anak kami belajar bahwa di setiap rezeki yang Allah karuniakan kepada kita ada hak-hak para fakir miskin, yatim piatu, dhuafa dan golongan lainnya yang perlu kita tunaikan haknya.

Kami juga mencoba menunjukkan kepada anak kami untuk peduli dengan sesama bahkan terkadang mengajaknya mempraktikan kangsung seperti berbagi makanan dengan temannya atau mencoba memberikan sumbangan dan uang parkir keada bapak penjaga parkiran.

Ketiga, Belajar Rutinitas Salat Tarawih

Ilustrasi. Sumber: dokumentasi pribadi
Ilustrasi. Sumber: dokumentasi pribadi

Salah satu ibadah yang paling khas di bulan Ramadan adalah salat tarawih.

Nah bagi saya dan keluarga kami menunaikan salat tarawih di rumah saja karena berbagai pertimbangan.

Kami memilih rumah karena masjid di terdekat di lingkungan rumah kami hampir seluruhnya tidak mempraktikkan physical distancing dan juga protokol kesehatan lainnya semisal memakai masker dan membawa sajadah pribadi, padahal pandemi belum berakhir.

Selain itu juga kami khawatir jika kami salat di masjid, ada potensi anak kami berkeliling masjid dan rentan terpapar virus, sehingga tahun ini pun kami tetap memutuskan untuk salat tarawih di rumah termasuk salat lima waktu.

Kami hanya akan salat di masjid ketika salat jumat, itupun di masjid yang kami yakini menerakan protokol kesehatan ketat meski perlu berkendara beberapa saat untuk sampai ke masjid tersebut.

Yang saya salut tahun ini anak kami sudah mulai ikut salat tarawih meski di rakaat keempat biasanya dia akan rebahan di sajadahnya bahkan tak jarang sambil mengambil bantal dari kamar atau sofa.

Setiap selepas salam dari dua rakaat rangkaian salat tarawih kerap juga dia mengeluh Ayah, "Koq salatnya gak beres-beres?," sambil rebahan di sajadahnya.

Kami hanya bisa memahamkan dia bahwa salat tarawih butuh waktu untuk dikerjakan, jika merasa lelah dia bisa tidur di sajadah atau mungkin beristirahat di kamar sambil menunggu kami selesai salat tarawih dan witir.

Keempat, Belajar Tadarus Alquran

Ilustrasi. Sumber: dokumentasi pribadi
Ilustrasi. Sumber: dokumentasi pribadi

Anak kami yang sedang belajar menghapal surat-surat pendek dan belajar huruf hijaiyah serta membaca alquran, di bulan Ramadan semakin intensif pembelajarannya. Hal itu dikarenakan kami semakin intensif tadarus alquran di rumah setiap harinya dibandingkan hari biasa sebelum Ramadan. Tak ketinggalan dikarenakan juga selama Ramadan kami juga lebih sering memutar murottal Alquran di setiap kesempatan yang ada.

Bahkan kerap selama Ramadan ini ,sayup-sayup saya dengar ketika bermain dengan temannya atau sibuk dengan mainannya, anak saya bergumam "Inna a' toina kal kautsar..." sambil menyempurnakan hapalannya setelah sebelumnya merampungkan hapalan Alfatiha, Al Ikhlas, Al Falaq dan Annas. Meski makhrojil hurufnya belum sempurna termasuk tajwidnya setidaknya dia semakin belajar memperbaiki dan menambah hapalan hari ke hari.

Sebenarnya jika melihat di luar sana, bahkan ada anak-anak rekan saya yang hapalannya sangat banyak dan makhrojil hurufnya sangat baik untuk ukuran anak 4 tahun. Tentu hal tersebut bisa terjadi karena dukungan orangtuanya.

Tidak bermaksud membandingkan anak-anak seusianya, namun hanya menjadi motivasi bagi kami sebagai orang tua untuk belajar lebih giat untuk mengajarkan anak kami membaca Alquran meski kami paham tahap perkembangan masing-masing anak berbeda dan unik.

Kami berharap tentunya selepas Ramadan kebiasaan positif ini masih terjaga bahkan meningkat di tengah keluarga kami karena tentunya akan berdampak positif juga baik perkembangan kemampuan membaca alquran anak kami.

Demikianlah keempat pembelajaran yang kami perkenalkan dan intensifkan selama Ramadan kepada anak kami.

Dari proses ini kami belajar bahwa bulan Ramadan seyogyanya bukan hanya bulan pengampunan dan pembelajaran bagi para umat muslim yang sudah baligh, tetapi juga bulan pembelajaran dan transfer ilmu dari orang tua kepada anak-anaknya khsusnya terkait ibadah-ibadah khas Ramadan.

Tentu kita sebagai orangtua mengharapkan kepada anak-anak kita dapat memahami esensi dan tujuan utama dari berpuasa serta ibadah-ibadah khas terkait di dalamnya tidak hanya sebagai ritual agama semata, tetapi lebih dari itu sebagai bentuk pengabdian, pembelajaran serta membangkitkan kesetiakawanan sosial dengan sesama.

Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun