Kami juga bisa mengaku kami mengaji sampai khatam berkali-kali selama Ramadan ini serta tidak lepas amalan-amalan Sunnah lainnya, tetapi kami tidak memilih jalan demikian hanya demi baiknya nilai mata pelajaran agama islam. Entah karena kepolosan kami semasa sekolah atau mungkin guru kami yang percaya dengan budi baik kami atau didikan oleh orangtua dan para pengajar kami tentang nilai-nilai kejujuran apalagi terkait ibadah dan nilai budi pekerti serta agama.
Menjadi konsekuensi logis untuk mengatakan bahwa tugas mengisi buku kegiatan Ramadan ini melatih kami untuk jujur dan apa adanya serta menyadari bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Menyaksikan, tidak ada yang luput dari pandangan-Nya termasuk aktivitas kami selama Ramadan.
Selain kejujuran saya mulai menyadari bibit-bibit saya suka menulis bisa jadi ditunjang oleh aktivitas buku kegiatan Ramadan ini. Karena saya secara tidak sadar mulai belajar merangkum aktivitas saya selama Ramadan termasuk menyarikan isi ceramah dan kajian yang kami ikuti selama Ramadan.
Di masa sekarang buku kegiatan Ramadan ini tampaknya sudah jarang saya temukan atau mungkin sudah tidak ada sama sekali. Tidak ada lagi kerumuman meminta tandatangan ustaz yang berceramah selepas salat, tak ada lagi riuh rendah suara karena berdesak-desakan, tidak ada lagi "beban" sekaligus kegiatan khas Ramadan seperti buku kegiatan Ramadan ini.
Saya masih berharap dengan kecanggihan teknologi dan juga literasi digital kepada anak-anak sekolah mungkin buku kegiatan Ramadan ini bisa ditransformasi ke dalam sebuah platform digital yang dapat digunakan anak-anak sekolah untuk melaporkan kegiatan mereka selama Ramadan terlebih di masa pandemi ini. Dibuat sebuah platform yang lebih interaktif dan menarik agar anak-anak lebih antusias untuk bergabung sekaligus belajar nilai kejujuran yang akhir-akhir ini sering kita kesampingkan.
Sesungguhnya Ramadan adalah bulan penempaan bagi jiwa-jiwa yang kering akan kenikmatan dari oase penghambaan kepada Tuhan; bulan pengampunan bagi banyaknya kesalahan yang pernah kita lakukan; bulan penyucian bagi hati dan pikiran yang kerap dipenuhi amarah, nafsu duniawi yang sering menyesatkan.
Semoga di akhir Ramadan nanti Allah masukkan kita ke dalam barisan para pemenang. Pemenang atas proses pembelajaran satu bulan atas pergulatan pengendalian hawa nafsu dan laku yang sering terjerat dalam tipu daya setan.
Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H