Kita perlu secara proaktif melihat sekitar apakah ada tetangga dan keluarga kita yang membutuhkan uluran tangan kita, jangan sampai mereka menderita tetapi kita abai terutama di masa sulit saat ini.
Kelima, Masalah Mental adalah Masalah Serius Selama Pandemi Ini
Di masa pandemi yang membatasi interaksi sosial kita serta menambah beban pikiran terkait masalah domestik rumah tangga, finansial, dan lain sebagainya membuat kondisi mental kita menjadi rapuh dan riskan terkena masalah.
Banyak dari kita yang Work From Home merasa mudah lelah, emosi naik turun, lebih sensitif, dan lain sebagainya atau bahkan banyak ibu rumah tangga yang lebih mudah marah dengan pasangan ataupun dengan anak.
Uraian tadi menunjukkan bahwa mental kita bermasalah bisa jadi ya karena kondisi pandemi ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bisa memahami kondisi mental kita sendiri dan mencoba mencari solusinya jika memungkinkan minta bantuan profesional semisal psikolog.
Ironinya memang masalah mental masih dianggap tabu bahkan gurauan di Indonesia, padahal semasa pandemi ini masalah mental meningkat drastis yang ujung-ujungnya bisa berdampak pada kondisi fisik seseorang.
Kita juga harus bersifat peka dan rela membantu orang-orang sekitar kita yang mungkin kita ketahui menderita masalah mental. Penting untuk berdiskusi secara terbuka kepada pasangan, menanyakan kabar dan mungkin juga mengajak bicara anggota keluarga dan sahabat yang tinggal berjauhan, dan lain sebagainya.
Momen Ramadan kali ini juga menjadi momentum yang pas untuk kita juga mencoba berkontemplasi menata mental kita untuk lebih sabar, bijaksana, dan jernih dalam menjalani kehidupan sekaligus mencoba membantu dan memahami bahwa di luar sana banyak yang membutuhkan bantuan kita.
Demikian setidaknya 5 pelajaran yang kita dapatkan setelah dua kali Ramadan dan setahun lebih kita berada di masa pandemi. Semoga Ramadan kali ini menjadi momentum bagi kita untuk terus menjaga IMAN dan IMUN kita agar AMAN selalu menyertai kita.
Selamat berpuasa!