Tahun lalu tampaknya kita dalam proses belajar dimana kasus semakin menanjak tinggi dan pengetahuan kita akan virus ini masih sangat sedikit sehingga salat berjamaah bahkan tarawih dan aktivitas berkumpul di masjid pun dilarang bulat-bulat.
Sekarang kita sudah belajar bahwa ibadah di tempat peribadatan masih dimungkinkan terutama di area yang sudah hijau asala tetap mematuhi protokol kesehatan.
Kita tentu mengingat bagaimana sejumlah orang yang tertular virus pulang dari rombongan pengajian yang tidak mempraktikkan protokol kesehatan ataupun sejumlah jamaah gereja di Lembang yang akhirnya menjadi kluster penularan besar karena nekat tetap mengadakan ibadah bersama-sama tanpa protokol kesehatan.
Di Islam kita tentu paham di masa kedaruratan seperti saat ini apalagi yang menyangkut nyawa, maka keselamatan adalah yang utama. Jangan memaksakan ke masjid yang tidak menerapkaan protokol kesehatan cari alternatif masjid lain, bahkan jika sangat jauh dan tidak memungkinkan salat di rumah dapat lebih diutamakan.
Keempat, Kita Harus Saling Bantu di Masa Sulit Seperti Ini
Berapa banyak rekan dan kenalan kita yang harus di PHK imbas dari pandemi ini. Mereka harus memutar otak mencari penghasilan dari berbagai jalan.
Ada seorang Pilot yang akhirnya menjadi kurir pengantaran makanan, ada pramugari yang banting setir menjual makanan di Indonesia, ada pengusaha yang harus merubah bisnisnya menjadi jualan masker karena pandemi ini.
Itu tadi adalah contoh mereka yang selama ini kita anggap mapan namun tidak kebal ternyata dengan pandemi ini. Lalu bayangkan dengan mereka yang mengais sampah di jalanan, mereka yang sudah sejak lama pengangguran, mereka yang harus menjadi pencari nafkah sejak usia dini, pastinya akan lebih terpuruk dan terdampak akan pandemi ini.
Maka penting bagi kita yang masih memiliki kecukupan untuk membantu mereka dengan seoptimal mungkin. Tidak melulu materi, terkadang memberi semangat, memberi motivasi dan dukungan saja sudah sangat berharga bagi mereka.