Namun, alih-alih mematuhi kejadian tersebut selalu berulang bahkan sempat tempat tidur penuh dengan pasir dan anak saya dan saya gatal-gatal sehabis tidur.
Lalu setelah belajar saya dan istri akhirnya mengajak ngobrol anak kami, tentunya pilih waktu yang santai dan anak dalam kondisi tenang sehingga pesan mudah dipahami.Â
Kami akhirnya menceritakan asal muasal mengapa anak kami menderita gatal dan kulitnya kemerahan selepas bangun tidur. Kami mengatakan hal tersebut berasal dari kotoran yang terbawa dari mobil-mobilan yang dia bawa dan mainkan di atas tempat tidur.
Setelahnya kami mengajak anak kami membuat komitmen bersama bahwa hampir semua mainan terutama mainan besar yang membawa kotoran tidak diperkenankan dimainkan di atas tempat tidur, hanya jenis-jenis tertentu saja yang bisa dibawa semisal buku untuk dibacakan di atas tempat tidur atau pun mainan seperti boneka karakter yang bersih untuk menemani narasi cerita sebelum tidur yang diperkenankan.
Perlu proses memang, namun Alhamdulillah anak kami sekarang hampir tidak pernah membawa mainan yang besar dan membawa kotoran ke atas tempat tidur, bahkan kerap ketika membawa buku atau pun mainan kecil yang bersih untuk menemani anak kami berkonsultasi dulu ke Ibunya atau saya apakah diperkenankan untuk dibawa ke atas tempat tidur.
Kedua, Berikan Pilihan yang Mudah Dipahami
Perkara dunia "mandi dan sarapan" ini sering menjadi PR besar bagi istri dan saya apalagi ketika kondisinya kita akan bepergian.
Namun, setelah mempelajari metode pilihan ini anak kami perlahan mulai patuh untuk mandi dan sarapan pagi sesuai jadwal.
Alih-alih cuma meminta anak untuk mandi saja atau pun sarapan saja, istri dan saya meminta anak kami untuk memilihi, "Athar mau sarapan dulu atau mandi dulu?"
Ini adalah pertanyaan seolah "menjebak" mereka untuk memilih salah satu opsi yang harus dilakukan, bukan menanyakan dengan pertanyaan terbuka sehingga mereka mudah berkelit atau mencari alasan.