Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir__________________________ Semua tulisan dalam platform ini adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengenal Istilah FOMO yang Viral dan 3 Tips Cara Mengatasinya

23 Februari 2021   11:59 Diperbarui: 24 Februari 2021   22:31 2048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: itworld.com

"Wah hidupnya kayaknya sempurna ya, punya pasangan baik, kondisi finansial yang mencukupi bahkan berlebih, anak-anak yang sehat, dan keluarga yang suportif!," komentar seorang milenial melihat postingan rekannya di facebook yang baru merayakan ulang tahun anaknya yang kedua.

"Luar biasa dia jalan-jalan mulu ya, uangnya kayaknya gak abis-abis, mana tempat-tempatnya hype dan kekinian banget," komentar seorang rekan kerja melihat postingan seorang selebgram di Instagram sambil memasang muka sedih dan putus asa meratapi kondisinya.

Nah tahukah kita komentar-komentar tadi bisa jadi menunjukkan gejala-gejala FOMO (Fear of Missing Out) yang sedang populer di tengah masyarakat kita.

FOMO melansir klikdokter.com adalah sebuah perasaan atau persepsi bahwa orang lain lebih bersenang-senang menjalani kehidupan yang lebih baik, atau memiliki pengalaman yang lebih baik dibanding kita.

Rasa iri yang berulang bahkan berlebihan tersebut bahkan dapat mempengaruhi kepercayaan diri, dan perasaan ini sering diperburuk oleh aktivitas kita karena melihat unggahan orang lain di media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, Snapchat, dan lain sebagainya.

Tidak hanya itu FOMO melibatkan juga sebuah perasaan seperti tertinggal ataupun kehilangan akan sesuatu yang besar dan penting dalam kehidupan kita.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah FOMO bisa dialami oleh siapa saja dari berbagai rentang usia dan pada tingkat ekstrem bahkan dapat menyebabkan depresi karena ketidakpuasan terhadap hidup yang kita jalani.

Di masa pandemi ini FOMO disinyalir semakin banyak terjadi di tengah masyarakat kita karena aktivitas dalam dunia nyata dan interaksi langsung kita dengan keluarga, rekan-rekan serta kolega kita.

Untuk menghindari dan memperkecil risiko akan FOMO beberapa tips ini mungkin dapat kita praktikan dalam keseharian kita:

Pertama, Kurangi Aktivitas Kita di Media Sosial Alihkan ke Aktivitas yang Lebih Bermanfaat

Ilustrasi. Sumber: itworld.com
Ilustrasi. Sumber: itworld.com

Ilustrasi. Sumber: shutterstock
Ilustrasi. Sumber: shutterstock
Terdengar cukup sulit kita lakukan apalagi di tengah masa pandemi dengan interaksi sosial langsung yang drastis berkurang dan beralih ke media sosial. Namun, bukan berarti mustahil dilakukan.

Jika kita tidak bisa lepas dari internet setidaknya kita bisa mengalihkan fokus kita dari sosial media dengan berselancar melihat youtube atau laman-laman informasi yang bermanfaat atau ya seperti menulis di Kompasiana ini.

Bisa juga dengan melakukan aktivitas fisik yang bermanfaat seperti berolahraga ataupun berkeliling ke wisata alam terbuka bersama keluarga tentunya tetap dengan menerapkan protokol kesehatan. Melukis dan berkebun bisa juga menjadi alternatif lainnya.

Semakin sedikit kita beraktivitas di media sosial semakin kecil juga risiko kita terpapar FOMO.

Kedua, Pilih Konten dan Aktivitas yang Membuat Kita Lebih Bersyukur

Ilustrasi. Sumber: baznas.go.id
Ilustrasi. Sumber: baznas.go.id

Untuk mengingatkan diri kita akan rasa syukur atas rezeki yang diberikan oleh Allah Swt. penting bagi kita untuk melakukan aktivitas yang membuat kita selalu bersyukur ataupun melihat konten-konten di internet yang membuat kita untuk mengingat bahwa masih banyak yang kondisinya jauh lebih sulit dari kita baik dari segi finansial, hubungan keluarga dan kehidupan sosialnya.

Memberi sedekah juga bisa menjadi alternatif bagi kita untuk lebih bersyukur, semakin banyak kita memberi semakin kita belajar untuk bersyukur dan percaya kepada rezeki dari Allah Swt.

Di zaman sekarang yang serba canggih berbagi dengan platform daring seperti kitabisa.com ataupun donasi lainnya melalu Gopay dan Ovo dapat kita lakukan secara mudah. Berbagi dengan tetangga ataupun keluarga yang membutuhkan di masa pandemi juga dapat kita lakukan.

Ketiga, Meminta Bantuan Kepada Tenaga Ahli

Ilustrasi. Sumber: Alodokter.com
Ilustrasi. Sumber: Alodokter.com

Kesehatan mental memang di Indonesia belum menjadi sebuah fokus dan pembahasan yang hangat dilakukan kita, padahal di masa pandemi ini kesehatan mental riskan untuk terganggu salah satunya dengan FOMO ini.

Pada derajat tertentu bahkan mengkhawatirkan maka penting bagi kita untuk mendapatkan bantuan dari tenaga yang ahli, dalam hal ini seperti psikolog ataupun tenaga kesehatan mental terkait.

Banyak kasus-kasus ekstrem yang terjadi semisal ada seorang anak yang tega bahkan membakar rumahnya sendiri karena keinginannya untuk memiliki sepeda motor karena terpengaruh oleh tuntutan pergaulan saat ini tidak diwujudkan orang tuanya. Ada juga remaja yang sampai mencuri barang-barang yang dimiliki temannya karena iri karena unggahan temannya yang selalu memamerkan barang-barang serta kendaraan.

Saat ini juga banyak konsultasi psikologi daring yang disediakan gratis oleh perhimpunan psikolog di Indonesia maupun luar negeri, ada juga hotline-hotline khusus yang disediakan pemerintah untuk memfasilitasi warganya yang membutuhkan bantuan psikologis terutama di tengah masa pandemi ini.

Akhirnya, semoga kita bisa terus belajar untuk mengurangi serta menghindari risiko diri kita terserang FOMO yang bisa jadi berbahaya bagi kesehatan mental kita apalagi di tengah pandemi yang membatasi interaksi langsung kita dan membuat kita beraktivitas di dunia maya lebih intensif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun