Saya melihat influencer seperti Raffi Ahmad yang justru berkerumun setelah divaksin kurang efektifk membawa pesan yang positif serta meningkatkan partisipasi masyarakat.Â
Ingat, banyak melihat dan populer belum tentu menggerakkan masyarakat. Perlu media yang humanis dan dekat dengan masyarakat agar terus mengena dan menggerakan masyarakat.
Selain itu juga perlu pola penyampaian yang lebih efektif dan kredibel dalam satgat Covid-19 karena masyarakat sudah bosan melihat konferensi pers dengan pola-pola yang sama apalagi data yang disampaikan tidak menunjukkan perbaikan kasus positif terus meningkat lebih dari satu juta, itu yang diketahui, bagaimana yang tidak diketahui? Melihat pola tracing dan testing di Indonesia masih sangat rendah dari harapan.
Saya adalah golongan orang yang tidak setuju jika vaksinasi ini dilakukan dengan pola memaksa dengan narasi ancaman pidana dan sebagainya.
Pola seperti ini sangat tidak efektif untuk mengajak masyarakat, bahkan pola pemaksaan ini tidak disarankan oleh WHO karena justru membuat masyarakat menjadi antipati untuk sukarela bergabung dalam program vaksinasi.
Mengapa tidak memilih semisal melakukan pendekatan dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat yang dikenal luas dapat memberikan pengaruh yang menyejukkan dan bertindak persuasif, alih-alih keras dan memaksakan.
Mengapa juga tidak lebih kreatif semisal dengan program undian bagi masyarakat yang sudah ikut vaksinasi semisal mendapatkan kesempatan undian untuk memenangkan tiket liburan setelah pandemi atau juga hadiah ataupun voucher tertentu bekerjasama dengan marketplace seperti Shopee dan Lazada ataupun Super App seperti Gojek dan Grab?
Mekanismenya sederhana saja semisal memberikan bukti vaksinasi ataupun nomor antrean yang sudah distandarkan oleh pemerintah. Ingat ketika selesai pemilu promo seperti ini banyak diberikan, mengapa program vaksinasi tidak bisa dilakukan hal yang sama? Bahkan di Nigeria iming-iming hadiah Indomie bisa menyukseskan program imunisasi negara tersebut lho.
Salah satu masalah paling krusial di Indonesia adalah kacaunya dan tidak sinkronnya berbagai data yang ada di Indonesia dari tingkat daerah maupun nasional, belum lagi banyaknya pintu masuk data yang semakin menambah PR sinkronisasi antar-lembaga atau instansi yang ada.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!