Joe Biden dan Kamala Harris dipastikan terpilih menjadi presiden dan wakil presiden Amerika Serikat ke-46 setelah memenangi electoral votes negara bagian Pennsylvania. Dengan kemenangan di Pennsylavnia ini Biden berhasil mengamankan suara elektor 273 melebihi minimal kuota 270 untuk menang dalam pemilu Amerika Serikat.
Kemenangan mereka ini pun telah dideklarasikan oleh berbagai media massa arus utama di Amerika Serikat seperti CNBC, NBC, CNN, Time, The Guardian, dan The Telegraph. Meski dari kubu Trump menyatakan mereka akan mengajukan tuntutan keberatan atas hasil pemilu di beberapa negara bagian.
Banyak pihak dari kalangan selebritas sampai masyarakat sipil yang tersebar di berbagai negara bagian yang merayakan kemenangan Biden dan Kamala ini baik di rumah maupun di jalanan tengah kota.
Mereka menyatakan ini adalah momentum perubahan dan persatuan bagi negara adidaya Amerika Serikat yang sempat terjebak dalam dilema jurang perpecahan ketika Trump memimpin.
Terpilihnya Biden dan Kamala ini juga menjadi tonggak sejarah baru bagi Amerika Serikat dari berbagai hal, setidaknya ada 3 sejarah baru tercipta atas kemenangan Biden dan Kamala ini.
Biden akan mencapai usia 78 tahun pada 20 November 2020 ini. Dengan usia 78 tahun Biden adalah presiden tertua dalam sejarah Amerika Serikat. Rekor sebelumnya dipegang oleh Ronald Reagan yang mencapai usia 77 tahun ketika meninggalkan jabatannya sebagai Amerika Serikat.
Usianya ini sempat menjadi isu selama proses kampanye Biden, namun dengan bijak dia menyatakan bahwa hal tersebut adalah wajar dipertanyakan oleh masyarakat Amerika Serikat, namun dia berharap usianya tidak menghalangi kinerja dan profesionalismenya ketika nanti terpilih.
Kamala Harris akan menjadi wakil presiden perempuan sekaligus keturunan kulit berwarna (Jamaika-India) pertama dalam ratusan tahun sejarah Amerika Serikat.
Hal ini menjadi momentum bagi banyak pihak yang optimis akan perbaikan atas nilai-nilai perlindungan terhadap imigran, perempuan serta keturunan kulit berwarna yang selama ini mendapatkan persekusi dan diskriminasi di bawah pemerintahan Trump.
Kamala juga dikenal sebagai mantan Jaksa Agung Negara Bagian California serta pengalaman yang panjang menagani kasus-kasus kriminal terutama berkaitan dengan pelecehan seksual pada anak-anak.
Sebenarnya sejarah mirip hampir terjadi ketika Hillary Clinton berhadapan dengan Donald Trump, namun takdir berkata lain ketika Trump memenangkan electoral votes meski Clinton secara agregat popular votes memenangi beberapa juta suara dibandingkan Trump.
Melansir BBC, ada lebih dari sekitar 100 juta pemilih yang berpartisipasi lebih awal dalam pemilihan presiden dan wakil presiden Amerika Serikat pada 2020 ini.Â
Jumlah ini adalah jumlah terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Dikarenakan di tengah pandemi banyak juga dari pemilih yang melakukan early voting dengan mengirimkan suaranya melalui pos atau mendatangi langsung TPS dan dropbox khusus yang telah ditetapkan.
Selain itu juga melansir Kompas.com, Biden diproyeksikan mendapat suara populer terbanyak sepanjang sejarah Amerika Serikat bahkan mengungguli Obama pada 12 tahun lalu.
Obama mendapat 69.498.516 suara, yang merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah pemilu AS. Lalu, Biden per 7 November 2020 saja telah mendapat 70.470.207 (50,3 persen) suara dan masih akan terus bertambah.
Terpilihnya Biden dan Kamala dalam pemilu kali ini setidaknya telah menaikkan angka optimisme masyarakat Amerika Serikat yang terhimpit berbagai masalah baik dari penanganan Covid-19, ketersediaan lapangan kerja, rasisme, dan lain sebagainya.Â
Masyarakat dunia pun menantikan bagaimana mereka berdua dapat memperbaiki citra Amerika Serikat yang sempat jeblok di bawah kepemimpinan Trump yang cenderung elitis dan dan menyulut kebencian serta memecah belah.
Selamat bertugas Joe Biden dan Kamala Harris!
Untuk Trump, You're Fired!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H