Meski jika dipahami ada perbedaan anatara generasi milenial dan generasi Z. dimana generasi milenial adalah mereka yang lahir pada periode 1980-1995 sedangkan generasi Z adalah mereka yang lahir pada periode setelahnya yaitu 1996-2015. Namun, tidak usah dipusingkan sepertinya maksud Bu Mega adalah mereka anak-anak muda sekarang secara umum.
Jika dipahami konteks ucapan Megawati ini adalah sebuah kritik kepada generasi milenial, namun menjadi seperti zero sum game seolah menafikkan prestasi dan sumbagsih generasi milenial sekarang padahal jika dikaji generasi milenial Indonesia adalah sekitar 30% atau 90 jutaan jiwa (BPS, 2019) dari total populasi Indonesia, sangat naif jika mengatakan tidak ada sumbangsihnya bagi negara. Bisa jadi negara sudah runtuk jauh sebelumnya jika 30% penduduknya ini tidak memberikan sumbangsih di berbagai lini.
Sebagai generasi milenial saya pribadi melihat kritik Megawati ini bisa jadi kritik yang perlu dikaji ulang dan dipertimbangkan, namun nadanya dirasakan lebih kepada merendahkan seolah-olah pekerjaan generasi milenial adalah tukang demo saja bahkan narasinya adalah demo anarkistis dengan merusak berbagai fasilitas negara.
Terkait hal tersebut mungkin Bu Megawati perlu mencari informasi lebih dalam jangan-jangan bukanlah mahasiswa yang kritis dan berdemo untuk menyuarakan rakyat yang membakar fasilitas negara, namun sebagian oknum yang memiliki agenda tertentu yang membakarnya. Jika perlu Bu Mega pelru melihat hasil kajian dari narasinewsroom yang digawangi oleh Najwa Shihab dan kawan-kawan.
Sindiran untuk generasi milenial dari Bu Mega ini juga seperti menepak air di dulang terpercik muka sendiri, seolah-olah menampar muka sendiri, karena toh pada periode kepemimpinan SBY kerap kita lihat di layar kaca para punggawa PDIP tidak henti-hentinya berdemo dan memprotes kebijakan SBY yang kalian nilai tidak pro rakyat. Bahkan, dalam beberapa kesempatan beberapa politisi PDIP sampai menangis sesegukan dalam demonya.
Ironi ketika sekarang ditampuk pimpinan dan pemegang kekuasaan PDIP justru seakan anti-kritik serta terus-terusan tuli mendengar protes dari rakyat yang dulu mereka klaim selalu mereka bela apalagi embel-embel PDIP sebagai partai "wong cilik".
Jika berbicara tentang kontribusi generasi milenial nampaknya banyak sekali yang dapat kita majukan sebagai panutan sebut saja Nadiem Makarim yang sekarang menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dibawah kabinet Jokowo periode kedua serta pendiri start up asli Indonesia dengan valuasi terbesar sekitar 139 Triliun pada 2019 lalu, beliau lahir pada tahun 1984 sehingga valid menjadi bagian generasi milenial. Ehm apakah Bu Megawati seumur Pak Nadiem udah punya perusahaan dengan valuasi sebesar apa?
Contoh lainnya adalah Adamas Belva Syah Devara yang mantan staf khusus presiden Jokowi yang merupakan lulusan Nanyang Technological University (NTU) lalu mengenyam pendidikan lanjutan di  Harvard, MIT dan Stanford. Belva yang kelahiran 1990 ini juga sukses menjadi CEO Ruang guru yang menjadi platform pendidikan daring terbesar di Indonesia.
Ada lagi Dian Pelangi yang kelahiran 1991 yang merupakan designer muslim yang telah melanglang buana sampai ke New York Fashion Week memamerkan busana modis nan sopan rancangannya.