Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir__________________________ Semua tulisan dalam platform ini adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sengit dan Panas! Debat Perdana Trump dan Biden Diwarnai Banyak Interupsi dan Komentar Pedas

30 September 2020   12:00 Diperbarui: 30 September 2020   12:36 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joe Biden dan Donald Trump. Sumber: cnn.com

Debat kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden berhadapan dengan Donald Trump dari Partai Republik baru saja selesai dilaksanakan selasa malam (29/09/20) waktu Amerika Serikat atau Rabu pagi waktu Indonesia di Case Western University, Celeveland, Ohio.

Debat ini dipandu oleh presenter kawakan Chris Wallace dari Fox News.

Ini merupakan rangkaian pertama debat kedua kandidat menjelang pemilihan presiden pada 3 November 2020 mendatang.

Dalam debat pertama ini kedua kandidat terlibat adu argumen yang sengit dan saling menyerang.

Tidak ada jabatan tangan yang sering kita lihat ketika mengawali debat dikarenakan prosedur kesehatan selama pandemi yang diterapkan dalam debat ini. Selain itu juga tidak ada pidato pembuka hanya pembukaan yang dibacakan oleh moderator saja lalu dilanjutkan langsung dengan sesi tanya jawab.

Nuansa tidak bersahabat ini juga sebenarnya menandai rasa curiga dan kebekuan politik dari kedua kubu.

Di awal debat kedua kandidat pun saling melemparkan interupsi dan terkesan mengganggu kandidat lainnya ketika menyampaikan argumennya. Bahkan Biden tidak segan menyebut Trump dengan sebutan pembohong dan menyuruhnya untuk diam serta tidak menginterupsinya ketika menyampaikan pernyataan.

Di topik awal terkait pemilihan calon hakim agung yang dinominasikan Trump, Amy Coney Barret. Di satu sisi Trump ngotot mengatakan dia berhak dan memiliki legitimasi untuk memilih hakim agung yang baru yang dinilai sebagian pihak cukup kontroversial. Sedangkan Biden meyakini harusnya nominasi hakim agung baru harus menunggu hasil dari pemilu november nanti.

Di topik lainnya terkait penanganan Covid-19 di Amerika Serikat yang telah memakan ratusan ribu korban jiwa dengan kasus positif berjumlah jutaan, Biden dengan keras mengkritik kepemimpinan Trump yang terkesan panik dan gagal melindungi warga Amerika karena lebih mengutamakan ekonomi.

"Dia panik atau dia melihat pasar saham," ungkap Biden terhadap Trump yang menurutnya lebih mendorong negara-negara untuk membuka kembali ekonomi dan menganggap enteng ancaman pandemi Covid-19.

Bahkan Biden menambahkan, "Banyak orang meninggal dan lebih banyak lagi yang mati kecuali dia (Trump) menjadi jauh lebih pintar, jauh lebih cepat."

Trump dalam salah satu komentarnya menyerang balik Biden sebagai seorang yang memiliki nilai paling rendah di kelasnya atau dengan kata lain terkesan "bodoh".

Isu hangat lainnya yang dibahas dalam debat ini adalah terkait isu pembayaran pajak penghasilan oleh Trump.

Informasi ini terkait juga hasil investigasi New York Times yang memberitakan bahwa Trump tidak membayar pajak penghasilannya dalam 10 dari 15 tahun sejak 2000. Lebih parahnya adalah ketika tahun pertama menuduki kursi kepresidenan diberitakan Trump hanya membayar USD750 atau sekitar 11 juta rupiah dalam pendapatan federal.

Ketika ditanyakan oleh moderator, Trump nampak berputar-putar dan membela diri bahwa dia telah membayar pajak jutaan dollar kepada Amerika.

Hal ini tentu dikomentari oleh Biden yang mempertanyakan validitas informasi yang disampaikan oleh Trump.

Selain hal-hal tersebut debat kali ini juga menyoroti tentang kebijakan ekonomi, harga obat-obatan di Amerika, dan isu-isu politik lainnya.

Melansir Reuters, Chris Wallace yang menjadi moderator nampak kesulitan mengendalikan debat karena kedua kandidat saling menginterupsi secara langsung dan terkesan tidak mengindahkan permintaan Chris untuk diam ataupun tidak berkomentar sebelum diizinkan oleh Moderator.

Joe Biden dan Donald Trump. Sumber: cnn.com
Joe Biden dan Donald Trump. Sumber: cnn.com

Banyak pihak juga yang menilai debat pertama ini terlalu "panas" sebagai debat pembuka dalam masa menuju pemilihan presiden November mendatang. Bahkan sebagian pihak membayangkan untuk debat selanjutnya akan semakin lebih "panas".

Banyaknya interupsi dan saling serang yang secara liar tanpa mematuhi himbauan moderator dinilai juga dapat mengurangi nilai serta pemikiran serta ide-ide yang disamaikan oleh masing-masing kandidat karena berfokus pada polemik dan cara pandanga semata.

Mereka juga mengharapkan untuk debat selanjutnya akan lebih bernas dengan metode serang yang lebih elegan dan teratur. Mereka juga berharap moderator selanjutnya dapat menguasai jalan debat agar kedua kandidat lebih teratur menyampaikan ide dan gagasannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun