Wacana pembukaan kembali Bioskop mengundang polemik di tengah masih tingginya angka kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Yang lebih mengherankan adalah pernyataan Widu Adisasmito selaku Juru Bicara Satuan Tugas Peananganan Covid-19 yang mengatakan bahwa pembukaan bioskop ini diproyeksikan akan meningkatkan imunitas masyarakat.
Lalu bagaimana kita harus menyikapinya? Berikut uraiannya
Risiko Penularan Sangat Tinggi
Entah maksudnya karena masyarakat bahagia diberikan keleluasaan menonton kembali sehingga berefek pada suasana hati sehingga meningkatkan imunitasnya atau karena alasan lain lainnya. Pernyataan Jubir Satgas Covid-19 tadi terkesan asal-asalan dan tanpa didukung studi dan fakta ilmiah. Banyak pihak yang justru secara sinis mengomentari seolah-seolah Jubir Satgas Covid-19 layaknya Jubir Pengusaha Bioskop Indonesia.
Lebih lanjut salah satu Pakar Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad), Deni Kurniadi Sanjaya menentang ide pembukaan kembali bioskop di tengah masih tingginya kasus positif Covid-19 di Indonesia. Dia justru mengungkapkan bahwa ventilasi dan sirkulasi udara di bioskop yang tertutup dalam waktu lama justru dapat meningkatkan risiko penularan.
"Itu bioskop namanya juga suatu gedung jadi ada batasan dinding dan atap, tidak ada ventilasi, artinya udara itu akan berkumpul di sana, viral loadnya itu akan tinggi dalam sekian jam. Jadi ada waktu, ada masalah ventilasi, ada keterbatasan ruangan, ada orang, ini risikonya (penyebaran covid-19) sangat besar sekali,", ujar Deni saat wawancara Radio PRFM 107.5 News Channel pada 31 Agustus 2020 lalu.
Bahkan Deni sendiri mengakui bahwa secara pribadi dia tergolong gemar menonton bioskop. Namun, wacana pembukaan bioskop di tengah pandemi saat ini sebaiknya ditunda terlebih dahulu karena menurutnya kesehatan adalah yang paling prioritas.
Lalu semisal bioskop di Indonesia dibuka kembali siapa yang dapat menjamin sirkulasi dan ventilasi udara dapat terjaga dengan baik guna mencegah penularan terjadi? Bagaimana dengan penegakan disiplin para pegawai dan pengunjung terhadap protokol kesehatan.
Kebijakan Harus Berdasarkan Kajian Ilmiah