Menjelang hari peringatan kemerdekaan Republik Indonesia Ke-75 tentu kita akan melihat banyaknya dekorasi bendera  merah putih yang menghiasi banyak sudut bangunan dan gedung-gedung serta jalan raya. Mungkin juga banyak dari kita berpikir ini bendera Indonesia hanyalah sekadar bendera dengan warna merah dan putih yang sejarahnya dijahit oleh Fatmawati lalu dikibarkan setelah pembacaan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta Pusat.
Tapi sebenarnya warna merah dan putih itu memiliki sejarah panjang yang melekat pada dirinya. Warna merah dan putih ini terinspirasi dari warna merah dan putih pada umbul-umbul dan panji atau pataka yang dipakai kerajaaan Majapahit pada abad ke-13. Umbul-umbul Majapahit sendiri yang terdiri dari sembilan garis warna merah dan putih secara bergantian, sedangkan dwaja pataka sendiri adalah potongan merah dan putih mirip dengan bendera yang kita pakai sekarang.
Menurut sejarahwan juga warna merah dan putih ini juga dipakai juga oleh pasukan Pangeran Diponegoro dalam perlawanannya dengan pasukan penjajah Belanda. Warna merah dan putih juga dipakai pada bendera perang Sisingamangaraja IX dan lambang kebesaran Kerajaan Bone di Sulawesi.
Sebagian ahli juga berpendapat warna merah dan putih ini awalnya melambangkan Bapak Langit dan Ibu Bumi bagi bangsa-bangsa Austronesia sehingga Singapura, Malaysia dan Filipina pun memakainya. Mereka juga melambangkan sesuatu yang komplimen saling melengkapi, suatu yang ditakdirkan berpasangan agar menyeimbangkan.
Selain itu juga ada sejarah unik dibalik bendera merah putih yang pertama atau biasa kita sebut Bendera Pusaka ini. Pada Revolusi Nasional Indonesia, Bendera Pusaka selalu dikibarkan siang dan malam. Namun, setelah Belanda menguasai Jakarta pada 1946, Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta diselipkan dalam koper Soekarno.
Ketika terjadi Operatie Kraai (Agresi Militer Belanda II atau disebut Operasi Gagak), Bendera Pusaka dipotong menjadi dua bagian lalu diberikan kepada Husein Mutahar untuk diamankan agar tidak mudah dikenali sebagai bendera lalu dimusnahkan oleh pihak Belanda. Mutahar diharuskan untuk menjaga bendera tersebut dengan jiwa dan raganya.Â
Meski kemudian dia ditangkap lalu melarikan diri dari tentara Belanda, Mutahar berhasil membawanya kembali ke Jakarta, menjahit kembali, dan memberikannya pada Soedjono. Soedjono lalu kemudian membawa benderanya ke Soekarno, yang saat itu berada dalam pengasingan di Bangka. Bendera Pusaka berhasil diamankan dari sitaan penjajah pada kala itu.
Setelah kemerdekaan Bendera Pusaka dipakai dalam upacara peringatan kemerdekaan di Istana Negara, namun sejak 1968 dikarenakan kondisinya yang sudah rapuh maka Bendera Pusaka disimpan lalu digantikan dengan duplikatnya yang baru.
Bendera Monako pertama kali dipatenkan pada 4 April 1881 di masa pemerintahan Pangeran Charles III. Sementara Bendera Indonesia secara resmi menjadi bendera negara pada 17 Agustus 1945.
Jika dilihat dari waktu penetapannya, Monako memang jauh lebih awal daripada Indonesia. Hal ini juga pernah menimbulkan perselisihan antara Monako dan Indonesia. Monako sempat tidak setuju dan juga tidak mengakui Bendera Indonesia.
Bahkan, Monako sempat meminta Indonesia mengubah corak atau motif benderanya , karena pihak Monako merasa lebih berhak atas corak tersebut karena sudah lebih dulu mematenkannya, jauh sebelum  Indonesia merdeka.
Namun, Indonesia menolaknya dengan alasan pilihan warna merah dan putih didasarkan pada sejarah panjang negara yang sudah berlangsung ratusan tahun lamanya sejak kerajaan Majapahit. Mas ini tentu jauh sebelum monopoli kerajaan di Monako berlangsung.
Hingga akhirnya kedua negara bersepakat, meletakkan dimensi rasio sebagai salah satu pembeda antara bendera negara keduanya. Indonesia pada 3:2 sedangkan Monako 4:5. Lebih jeli lagi spot warna merahnya pun berbeda Indonesia dengan kode PMS Red: 032 sedangkan Monako PMS Red: 032
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H